Mohon tunggu...
Dwi Nurcahyo
Dwi Nurcahyo Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Swasta

Lebih memilih untuk berdiam diri menyaksikan tayangan sepakbola ketimbang berbicara dengan seekor kambing kolot

Selanjutnya

Tutup

Bola

Inggris dan Bayang-bayang Masa Lalu

16 Juni 2024   18:25 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:26 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Timnas Inggris akan menghadapi Serbia di pertandingan pertamanya di EURO 2024 dinihari nanti. Inggris tergabung di grup C bersama dengan Denmark, Slovenia dan juga Serbia. Tim asuhan Gareth Soutgate menatap optimis dalam EURO kali ini, walaupun banyak pemain yang belum berpengalaman membela The Three Lions di kancah internasional.

Selama 8 tahun kepemimpinan Gareth Southgate, Inggris mencatatkan rekor yang cukup bagus, terlepas dari belum adanya trophi yang dibawa pulang. Semifinals World Cup 2018, runner up EURO 2024 dan quater finals World Cup 2022 adalah catatan dari jejak dari pelatih berusia 53 tahun tersebut. Catatan yang cukup gemilang apabila dikomparasikan dengan belasan tahun ke belakang.

Inggris di EURO kali ini tetap menjadi favorit untuk merengkuh piala tersebut. Dari data yang dihimpun oleh Opta, Inggris diprediksikan akan keluar sebagai juaranya, namun prediksi tetaplah prediksi. Bisa salah, bisa juga benar. Seperti yang kita semua ketahui, era keemasan Inggris di awal 2000-an awal menjadi catatan minor yang tetap membekas hingga sekarang. 

Kejadian di masa lampau memang tidak berakibat langsung ke masa yang sekarang, akan tetapi bayang-bayang itu terus menghantui, terutama bagi Southgate. Kegagalan dalam mengeksekusi pinalti di semifinal EURO 1996 masih membekas hingga sekarang, "Anda mungkin berada dalam pertandingan terbesar yang dimiliki tim selama 30 tahun pada saat itu. Negara ini berada dalam gelombang pasang surut emosi dan perasaan yang baik," ucap Southgate, "dan kemudian Anda berjalan menjauh dari stadion dengan perasaan bahwa Anda adalah orang yang pada akhirnya bertanggung jawab atas kegagalan itu. Saya tidak pernah merasa marah. (Saya) hanya merasa menyesal dan bertanggung jawab. Dalam ukuran kecil rasa itu masih tinggal bersama saya, gagal di bawah tekanan di bawah sorotan besar itu sulit diterima secara profesional." ungkapnya di tahun 2021 lalu.

Inggris harus menghapus zona gelap yang mengintainya dalam tahun ke tahun. Belum lagi, rumornya ini adalah last dance Southgate menukangi Inggris apabila gagal merengkuh piala tersebut. Jadi, juara adalah harga yang harus dibayar untuk menebus kesalahan di masa lalu. Good luck, lads!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun