Kutatap langit-langit kamar yang kelam,
Secercah cahaya terpancar dari ventilasi malam.
Detik jam berdetak pelan di sudut sunyi,
Membawa pikiranku melayang tak henti.
Terpejam, tapi mata tak kunjung terlelap,
Kenangan hadir, menyeruak dari tiap celah gelap.
Ibu dan Ayah, wajah yang tak lekang waktu,
Di sana, di rumah, kalian semakin layu.
Aku di sini, di negeri yang jauh dan asing,
Berusaha, merangkai mimpi dalam keringat dan hening.
Namun langkahku terasa begitu berat,
Belum mampu memberi bahagia yang kalian semat.
Apakah esok membawa sejumput kegembiraan?
Apakah ada kabar baik untuk ku utarakan?
Bu, Yah, maafkan aku bila senyum kalian tertahan,
Anakmu masih mencari jalan, meski penuh keraguan.
Tapi percayalah, harapan takkan pernah padam,
Walau terseok, aku kan terus berjuang dalam diam.
Untuk suatu hari, kalian tersenyum tanpa beban,
Menerima bahagia yang kurangkai dengan kesabaran.
Doa kalian adalah lentera yang tak pernah redup,
Menyinari setiap langkahku saat asa kian lumpuh.
Kelak, Bu, Yah, kubawa kabar gembira pulang,
Hingga tak ada lagi air mata yang menghalang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI