Mohon tunggu...
Dwi Indah Larasati
Dwi Indah Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional - Universitas Jember

Mahasiswa hubungan internasional yang mengembangkan kemampuannya dalam memberikan opini melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Moneter Internasional: Kekuatan Dolar AS dalam Menghadapi Aksi Dedolarisasi

29 Maret 2024   22:50 Diperbarui: 29 Maret 2024   22:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem Moneter Internasional

Kesepakatan nilai tukar antar negara diatur dalam sistem moneter internasional. Hal tersebut diatur oleh bank sentral masing-masing negara. Menurut Eiteman, sistem moneter internasional adalah struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang di dunia. 

Di mana penyesuaian aliran modal, perdagangan internasional, dan neraca pembayaran termasuk di dalamnya. Sehingga sistem moneter internasional dapat dikatakan sebagai penentu arah dalam perdagangan internasional. Karena sistem moneter internasional digunakan sebagai sistem yang mengatur jalannya sistem perekonomian suatu negara dalam interaksi ekonominya dengan negara lain. 

Sistem moneter internasional ini nantinya bertugas sebagai fasilitator dalam menjaga stabilitas fluktuasi kurs atau nilai tukar mata uang. Sistem moneter internasional tidak hanya berfungsi dalam perdagangan internasional, tetapi juga dalam mengatur arus investasi asing dan ketergantungan suatu negara dalam melakukan kerja sama ekonomi.

Kurs valuta asing merupakan instrumen penting dalam sistem moneter internasional. Kurs valuta asing adalah harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas atau mata uang negara lain. Terdapat dua sistem dalam menentukan kurs valuta asing, yaitu fixed exchange rate dan floating exchange rate. 

Dalam sistem fixed exchange rate, nilai tukar mata uang akan diatur oleh negara melalui bank sentralnya. Sedangkan dalam sistem floating exchange rate, nilai tukar mata uang akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Maka dari itu, kondisi perekonomian global akibat suatu peristiwa internasional akan sangat berpengaruh dalam fluktuasi nilai tukar mata uang suatu negara.

Sistem Kurs Mata Uang

Terdapat berbagai jenis alternatif dalam sistem kurs mata uang. Berikut jenis-jenis sistem kurs mata uang.

  • Sistem Kurs Mengambang Bebas (Pure Floating Rates) : Dalam sistem kurs ini tingkat nilai tukar mata uang ditentukan oleh supply dan demand mata uang suatu negara. Di mana kurva supply dan demand mata uang dipengaruhi oleh perubahan harga, perbedaan suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
  • Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Dirty Floating Rates) : Walaupun dalam sistem kurs mengambang nilai tukar mata uang akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Dalam sistem kurs ini, terdapat intervensi bank sentral. Hal ini dilakukan untuk mengurangi fluktuasi harian (smoothing out daily fluctuations). Di mana jika terjadi apresiasi mata uang, pemerintah akan menjual mata uang domestik di pasar uang. Sedangkan. Jika terjadi depresiasi mata uang maka pemerintah akan membeli mata uang domestik di pasar uang. Tidak hanya itu, intervensi bank sentral juga bertujuan untuk melakukan kebijakan leaning against the wind dalam menghadapi fluktuasi besar. Serta melakukan kebijakan unofficial peging, di mana pemerintah akan mengubah kurs tanpa melalui mekanisme pasar.
  • Sistem Kurs Tetap : Dalam sistem ini, pemerintah akan menjaga nilai mata uang pada tingkat kurs yang telah dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan membeli atau menjual valuta asing dengan jumlah yang tidak terbatas. Devaluasi dan revaluasi mata uang merupakan alternatif terakhir dalam sistem kurs ini. Kebijakan tersebut dilakukan saat transaksi neraca berjalan mengalami defisit atau surplus berkelanjutan. Tetapi sebelum mengambil kebijakan tersebut, terdapat empat alternatif lain bagi pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut. Kebijakan alternatif yang dapat dilakukan pemerintah antara lain membiayai defisit berjalan melalui pinjaman uang, pengetatan anggaran belanja negara, pengendalian harga dan upah, serta pengendalian kurs.
  • Sistem Kurs Tertambat : Dalam sistem ini, suatu negara akan menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau sekelompok negara.
  • Sistem Kurs Tertambat Merangkak : Sistem ini sama dengan sistem kurs tertambat, di mana pemerintah akan menetapkan nilai mata uang berdasarkan nilai mata uang negara lain. Namun, dalam sistem ini perubahan nilai mata uang berlangsung selama jangka waktu tertentu sampai mencapai tingkat tertentu.
  • Sistem Kurs Tertambat pada Sekeranjang Mata Uang : Sistem kurs ini dianggap lebih stabil dibanding sistem kurs tertambat pada satu mata uang tertentu. Karena dalam sistem kurs ini, nilai tukar mata uang akan didasarkan pada beberapa nilai mata uang negara mitra dagang utama.

Pro dan Kontra Sistem Kurs Mengambang

Banyak negara di dunia saat ini menggunakan sistem kurs mengambang, di mana nilai tukar mata uang mereka ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa campur tangan pemerintah secara signifikan. Dapat dikatakan bahwa sistem kurs mengambang dapat menguntungkan atau bahkan merugikan suatu negara. 

Hal tersebut tergantung pada bagaimana cara negara mengelola sistem tersebut dan juga kondisi perekonomian negara itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi suatu negara untuk mempertimbangkan secara cermat kelebihan dan kekurangan sistem kurs yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan ekonomi mereka. Berikut sikap pro terhadap sistem kurs mengambang

  • Penyesuaian secara lebih halus dalam menghadapi gejolak eksternal mungkin dilakukan karena kurs yang fleksibel.
  • Untuk mempertahankan kurs, bank sentral tidak perlu memelihara cadangan internasional dalam jumlah yang besar.
  • Untuk mempertahankan kurs yang tidak sesuai, bank sentral tidak perlu kehilangan uang lagi.
  • Independensi negara dalam kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
  • Penyediaan sarana yang efisien dan murah untuk menghilangkan risiko valuta asing oleh pasar forward. 

Sebuah sistem pastinya memiliki kontra. Berikut beberapa sikap kontra terhadap sistem kurs mengambang.

  • Peningkatan ketidakpastian harga akan terjadi jika volatilitas dihilangkan.
  • Kurs fleksibel bersifat inflasioner karena meniadakan disiplin eksternal yang dicerminkan pada kebijakan moneter dan fiskal oleh pemerintah.
  • Kesalahan penentuan kurs yang temporer akan menyebabkan kesalahan dalam memutuskan alokasi sumber daya.

Dolar Amerika Serikat dalam Sistem Kurs Mengambang

Dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu mata uang yang menggunakan sistem kurs mengambang. Di mana kondisi pasar global akan berpengaruh terhadap nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lainnya. Sebagai mata uang cadangan utama dan mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia, dolar AS menjadi patokan bagi banyak negara dalam menetapkan nilai tukar mata uangnya masing-masing. Kekuatan ekonomi dan stabilitas politik AS membuatnya menjadi aset yang dicari oleh investor di pasar valuta asing. Dalam sistem kurs mengambang, fluktuasi nilai tukar dolar AS tidak hanya mempengaruhi perekonomian AS tetapi juga perekonomian global secara keseluruhan. Kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, memiliki dampak besar terhadap nilai tukar dolar. Di mana keputusannya terkait suku bunga dan kebijakan moneter lainnya sering kali menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan mata uang ini. Meskipun dolar AS memberikan fleksibilitas dalam perdagangan dan investasi internasional, tetapi volatilitasnya juga dapat menimbulkan tantangan bagi negara-negara lain. Terutama bagi negara yang bergantung pada dolar AS dalam perdagangan internasional dan mempertahankan stabilitas ekonomi mereka.

Kekuatan Dolar AS dalam Menghadapi Aksi Dedolarisasi

Dedolarisasi marak terjadi saat ini. Aksi ini telah dilakukan oleh negara-negara anggota BRICS (Aliansi dagang Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Amerika Serikat) dan ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nations) dalam kerja sama perdagangan internasionalnya. Aksi tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan perdagangan internasional terhadap dolar AS. Tujuan lainnya adalah untuk menjaga nilai tukar mata uang domestik dalam jangka panjang. Dengan aksi dedolarisasi ini diharapkan terjadi peningkatan investasi dan kegiatan perdagangan global akibat stabilitas mata uang masing-masing negara.

Meskipun aksi dedolarisasi sudah dilakukan di berbagai negara, dolar AS tetap menjadi mata uang dominan dalam sistem keuangan dan perdagangan global. Kekuatan ekonomi dan politik yang solid, serta stabilitasnya dalam jangka panjang, menjadikan dolar AS sebagai pilihan utama sebagai mata uang cadangan bagi banyak negara dan lembaga finansial internasional. Selain itu, pasar keuangan Amerika yang luas, dengan bursa saham terbesar di dunia di New York, memberikan daya tarik bagi investor global untuk menggunakan dolar dalam perdagangan dan investasi. Di samping itu, sebagian besar transaksi komoditas internasional, seperti minyak dan logam, masih dihargai dalam dolar AS. Faktor-faktor ini, bersama dengan peran geopolitik AS yang kuat dan likuiditas pasar yang tinggi, membuat dedolarisasi menjadi tantangan yang besar. Meskipun beberapa negara telah mempertimbangkan diversifikasi mata uang cadangan mereka atau mencoba mengembangkan alternatif, sulit untuk menggantikan posisi dolar AS sebagai mata uang utama dalam sistem moneter internasional.

Persepsi masyarakat tentang "King Dolar" juga menguatkan posisi dolar di dalam pasar global. Hal tersebut diperkuat dengan meningkatnya nilai tukar dolar AS terhadap rata-rata enam mata uang utama lainnya sebesar 15% pada tahun 2022. Dalam perdagangan internasional, setengah perdagangan global terjadi dengan menggunakan dolar AS menurut Bank for International Settlements. Di mana kapal-kapal yang beroperasi di jalur perdagangan lintas negara akan lebih memilih dibayar dengan dolar ketimbang dengan mata uang lokal. Tidak hanya itu, utang luar negeri juga menggunakan dolar. Sehingga akan sulit untuk mengubah perilaku bank, pemerintahan, dan perusahaan untuk menggunakan uang lokal dalam waktu bersamaan.

Kekuatan dolar AS dalam menghadapi aksi dedolarisasi juga didorong faktor internalnya. Di mana Pemerintah AS bersikap proaktif dalam menghadapi kondisi perekonomian global. Pada tahun 2022, Bank Sentral AS, The Fed (Federal Reserve), menaikkan suku bunga beberapa kali untuk mengatasi kenaikan harga. Akibatnya biaya meminjam uang menjadi lebih mahal. Sehingga para investor memilih untuk mencairkan produk investasi keuangan. Saat kondisi perekonomian global sedang tertekan, para investor juga cenderung membeli dolar AS. Hal tersebut disebabkan oleh asumsi dolar AS sebagai "safe heaven". Dapat dikatakan bahwa dolar AS merupakan aset yang aman karena besarnya perekonomian dan wilayah AS. Kondisi-kondisi tersebutlah yang menyebabkan meningkatnya nilai dolar AS.

Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, telah menunjukkan sikap proaktif yang efektif dalam menghadapi kondisi perekonomian global. Tindakan-tindakan yang diambil oleh Federal Reserve, seperti kebijakan moneter yang responsif, kerja sama internasional, transparansi dalam komunikasi, pemantauan pasar global, dan fleksibilitas dalam kebijakan, telah membantu meredakan dampak negatif dari krisis ekonomi global dan mempromosikan stabilitas finansial internasional. Selain itu, transparansi dan komunikasi yang kuat dari Federal Reserve telah memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar dan masyarakat tentang tujuan kebijakan dan arah kebijakan moneter, yang mengurangi ketidakpastian dan membantu mempercepat proses pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, sikap aktif Federal Reserve dapat menjadi contoh bagi bank sentral negara lain dalam menghadapi tantangan ekonomi global dengan efektif dan responsif.

Proses penggantian mata uang dominan dalam perdagangan internasional membutuhkan waktu yang panjang dan kompleks. Karena dolar AS telah menguasai perdagangan internasional sejak tahun 1920an. Serta masih banyak pelaku perdagangan internasional yang berpendapat bahwa dolar AS memiliki nilai yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan sinkronisasi setiap lapisan instrumen ekonomi global untuk mengurangi dependensi terhadap dolar AS. Agar setiap lapisan instrumen ekonomi global tersebut dapat saling berkomitmen untuk tidak menggunakan dolar AS sebagai alat transaksi. Sehingga dapat tercipta stabilitas mata uang lokal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi asing. Serta dapat meningkatkan kedaulatan moneter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun