Sebuah sistem pastinya memiliki kontra. Berikut beberapa sikap kontra terhadap sistem kurs mengambang.
- Peningkatan ketidakpastian harga akan terjadi jika volatilitas dihilangkan.
- Kurs fleksibel bersifat inflasioner karena meniadakan disiplin eksternal yang dicerminkan pada kebijakan moneter dan fiskal oleh pemerintah.
- Kesalahan penentuan kurs yang temporer akan menyebabkan kesalahan dalam memutuskan alokasi sumber daya.
Dolar Amerika Serikat dalam Sistem Kurs Mengambang
Dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu mata uang yang menggunakan sistem kurs mengambang. Di mana kondisi pasar global akan berpengaruh terhadap nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lainnya. Sebagai mata uang cadangan utama dan mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia, dolar AS menjadi patokan bagi banyak negara dalam menetapkan nilai tukar mata uangnya masing-masing. Kekuatan ekonomi dan stabilitas politik AS membuatnya menjadi aset yang dicari oleh investor di pasar valuta asing. Dalam sistem kurs mengambang, fluktuasi nilai tukar dolar AS tidak hanya mempengaruhi perekonomian AS tetapi juga perekonomian global secara keseluruhan. Kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, memiliki dampak besar terhadap nilai tukar dolar. Di mana keputusannya terkait suku bunga dan kebijakan moneter lainnya sering kali menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan mata uang ini. Meskipun dolar AS memberikan fleksibilitas dalam perdagangan dan investasi internasional, tetapi volatilitasnya juga dapat menimbulkan tantangan bagi negara-negara lain. Terutama bagi negara yang bergantung pada dolar AS dalam perdagangan internasional dan mempertahankan stabilitas ekonomi mereka.
Kekuatan Dolar AS dalam Menghadapi Aksi Dedolarisasi
Dedolarisasi marak terjadi saat ini. Aksi ini telah dilakukan oleh negara-negara anggota BRICS (Aliansi dagang Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Amerika Serikat) dan ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nations) dalam kerja sama perdagangan internasionalnya. Aksi tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan perdagangan internasional terhadap dolar AS. Tujuan lainnya adalah untuk menjaga nilai tukar mata uang domestik dalam jangka panjang. Dengan aksi dedolarisasi ini diharapkan terjadi peningkatan investasi dan kegiatan perdagangan global akibat stabilitas mata uang masing-masing negara.
Meskipun aksi dedolarisasi sudah dilakukan di berbagai negara, dolar AS tetap menjadi mata uang dominan dalam sistem keuangan dan perdagangan global. Kekuatan ekonomi dan politik yang solid, serta stabilitasnya dalam jangka panjang, menjadikan dolar AS sebagai pilihan utama sebagai mata uang cadangan bagi banyak negara dan lembaga finansial internasional. Selain itu, pasar keuangan Amerika yang luas, dengan bursa saham terbesar di dunia di New York, memberikan daya tarik bagi investor global untuk menggunakan dolar dalam perdagangan dan investasi. Di samping itu, sebagian besar transaksi komoditas internasional, seperti minyak dan logam, masih dihargai dalam dolar AS. Faktor-faktor ini, bersama dengan peran geopolitik AS yang kuat dan likuiditas pasar yang tinggi, membuat dedolarisasi menjadi tantangan yang besar. Meskipun beberapa negara telah mempertimbangkan diversifikasi mata uang cadangan mereka atau mencoba mengembangkan alternatif, sulit untuk menggantikan posisi dolar AS sebagai mata uang utama dalam sistem moneter internasional.
Persepsi masyarakat tentang "King Dolar" juga menguatkan posisi dolar di dalam pasar global. Hal tersebut diperkuat dengan meningkatnya nilai tukar dolar AS terhadap rata-rata enam mata uang utama lainnya sebesar 15% pada tahun 2022. Dalam perdagangan internasional, setengah perdagangan global terjadi dengan menggunakan dolar AS menurut Bank for International Settlements. Di mana kapal-kapal yang beroperasi di jalur perdagangan lintas negara akan lebih memilih dibayar dengan dolar ketimbang dengan mata uang lokal. Tidak hanya itu, utang luar negeri juga menggunakan dolar. Sehingga akan sulit untuk mengubah perilaku bank, pemerintahan, dan perusahaan untuk menggunakan uang lokal dalam waktu bersamaan.
Kekuatan dolar AS dalam menghadapi aksi dedolarisasi juga didorong faktor internalnya. Di mana Pemerintah AS bersikap proaktif dalam menghadapi kondisi perekonomian global. Pada tahun 2022, Bank Sentral AS, The Fed (Federal Reserve), menaikkan suku bunga beberapa kali untuk mengatasi kenaikan harga. Akibatnya biaya meminjam uang menjadi lebih mahal. Sehingga para investor memilih untuk mencairkan produk investasi keuangan. Saat kondisi perekonomian global sedang tertekan, para investor juga cenderung membeli dolar AS. Hal tersebut disebabkan oleh asumsi dolar AS sebagai "safe heaven". Dapat dikatakan bahwa dolar AS merupakan aset yang aman karena besarnya perekonomian dan wilayah AS. Kondisi-kondisi tersebutlah yang menyebabkan meningkatnya nilai dolar AS.
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, telah menunjukkan sikap proaktif yang efektif dalam menghadapi kondisi perekonomian global. Tindakan-tindakan yang diambil oleh Federal Reserve, seperti kebijakan moneter yang responsif, kerja sama internasional, transparansi dalam komunikasi, pemantauan pasar global, dan fleksibilitas dalam kebijakan, telah membantu meredakan dampak negatif dari krisis ekonomi global dan mempromosikan stabilitas finansial internasional. Selain itu, transparansi dan komunikasi yang kuat dari Federal Reserve telah memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar dan masyarakat tentang tujuan kebijakan dan arah kebijakan moneter, yang mengurangi ketidakpastian dan membantu mempercepat proses pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, sikap aktif Federal Reserve dapat menjadi contoh bagi bank sentral negara lain dalam menghadapi tantangan ekonomi global dengan efektif dan responsif.
Proses penggantian mata uang dominan dalam perdagangan internasional membutuhkan waktu yang panjang dan kompleks. Karena dolar AS telah menguasai perdagangan internasional sejak tahun 1920an. Serta masih banyak pelaku perdagangan internasional yang berpendapat bahwa dolar AS memiliki nilai yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan sinkronisasi setiap lapisan instrumen ekonomi global untuk mengurangi dependensi terhadap dolar AS. Agar setiap lapisan instrumen ekonomi global tersebut dapat saling berkomitmen untuk tidak menggunakan dolar AS sebagai alat transaksi. Sehingga dapat tercipta stabilitas mata uang lokal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi asing. Serta dapat meningkatkan kedaulatan moneter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H