Rintik hujan dan suara jangkrik terdengar merdu di telinga perempuan paruh baya itu. Sambil menunggu waktu subuh, dia mengambil gawainya dan membuka file sebuah buku tentang Sang Musafir. Baris demi baris membuat hatinya tersentuh. Betapa untaian kata-kata itu sangat dinikmatinya. Seulas senyum berkali-kali tersungging di bibirnya.
Ucapan Hamdalah mengalir indah. Suara pujian terhadap Ilahi dari pengeras suara di masjid-masjid yang tak jauh dari rumahnya, semakin membuatnya bersyukur betapa nikmat waktu pagi itu. Dia masih sempat meluangkan waktu untuk menimba ilmu dari sumur-sumur pengetahuan di gawainya.
Sebelum segala tetek bengek ibadah mengurus rumah tangga mendesaknya, menyita seluruh waktunya demi sebuah pelayanan maka dia berusaha untuk menyempatkan diri menambah wawasannya. Bagi dia waktu pagi adalah golden time untuk mengaktifkan sel-sel di kepalanya
Ini sebuah kemewahan. Ini juga sebuah keberanian. Di saat segala tetek bengek yang berkaitan dengan ibadah mengurus rumah tangga mendesaknya. Dengan manis dia duduk dengan nyaman dan mulai memulai petualangannya agar dia tetap dianggap ada. Kepalanya mulai terasa hangat tatkala dia mulai mencoba memahami dan meresapi segala pengetahuan yang ada. Tujuan utamanya adalah agar dia bisa menjalani perannya di dunia ini dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H