Mohon tunggu...
dwina dolopo
dwina dolopo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Move and Challenge Yourself

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Semua Orang Bisa Membuat Surat Izin Mengemudi Sesuai Prosedur Sehari Jadi

16 Desember 2024   13:10 Diperbarui: 16 Desember 2024   12:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Muda dan Motor Kesayangannya. Sumber : dokumen pribadi

 Langkah kaki kami terasa kurang bebas hari itu karena dalam hati dipenuhi keraguan apa benar masih ada peluang bahwa proses pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) itu bisa berhasil sesuai prosedur? Syukur-syukur jika prosesnya bisa dilalui dengan waktu sehari selesai. Maka kami bisa membuktikan sendiri bahwa kantor beserta staf di lingkungan kerja tersebut sudah berbenah semakin baik dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.  Banyaknya kabar bahwa pembuatan SIM itu sangat sulit, ada yang tes sampai lima kali membuat banyak orang sering mengambil jalan pintas. Mereka mencari oknum petugas yang bisa membantu melewati beberapa tes dengan membayar dua sampai ada yang lima kali lipat dari biaya aslinya hanya dengan maksud menghemat waktu sehingga semakin menyuburkan praktik korupsi dan budaya jalan pintas. Kalau kita menilai yang salah siapa ya baik pemohon yang berdalih minta tolong dan oknum petugas yang berdalih menolong sama-sama kurang bijak.
 Mirisnya, hal tersebut akhirnya menciptakan keyakinan publik bahwa pembuatan SIM yang sesuai prosedure itu sebuah hal yang mustahil dan hanya buang-buang waktu karena akan bolak-balik untuk mengulang jika tes tidak lulus. Bahkan ada kabar bahwa ketidaklulusan dalam tes disebabkan karena kesengajaan oknum petugas untuk mempersulit pemohon sehingga pemohon diharapkan akan menyerah dan mencari orang dalam untuk membantu tanpa tes, cuma foto dan SIM dicetak, pulang.
 Sebagai seorang Ibu, aku ingin sekali memberikan pengalaman pada anak laki-lakiku bagaimana menjadi mandiri, bertanggung jawab, dan ulet dalam proses mendapatkan SIM A dan SIM C sesuai prosedurnya. Meski godaan untuk menghubungi tetangga sebelah sangat terbuka akan tetapi sebuah pelajaran yang mahal kalau dia berhasil mendapatkan SIMnya tanpa bantuan orang dalam. Yang artinya proses itu bukan dengan kemampuannya sendiri tetapi tetap orang tuanya yang berperan. Rugi sekali aku mengajarkan anakku memilih jalan instan. Sekilas itu bukan hal yang sangat mengganggu dan tidak merugikan siapapun. Akan tetapi itu suatu bentuk memanjakan anak yang akibatnya mental dia terlambat untuk menjadi dewasa dan mengetahui yang benar dan salah.  Jelas meminta tolong petuagas atau orang dalam itu sebuah kesalahan. Salah kaprah malahan. Salah kaprah menurut KBBI adalah kesalahan yang terjadi karena kebiasaan dengan sesuatu yang salah dan dibiarkan terus berjalan tanpa usaha perbaikan pemakainya. Banyak orang yang mengira bahwa membuat SIM sesuai prosedur itu kemungkinan berhasilnya kecil. Butuh kesabaran yang berlipat ganda untuk berkali-kali mengulangi tes. Inilah pemahaman yang diyakini oleh masyarakat luas bahwa hanya membuang buang waktu untuk datang berkali-kali mengulang tes. Terutama di tes tulis dan praktik mengemudi.
 Hal pertama saat datang kami disambut oleh tukang parkir yang memberi tahu hal pertama yaitu beli map dan butuh foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) beberapa lembar. Setelah itu daftar dan antri untuk tes psikologi kolektif. Kurang lebih setengah jam setelah tes membayar sejumlah dana. Lanjut dengan tes kesehatan dan setelah selesai ada iuran lagi. Dua tes tersebut tanpa kuitansi.  Selanjutnya adalah mengisi formulir biodata lalu foto. Bagian ini tidak boleh ada pendamping menyertai sehingga adik jalan sendiri. Satu jam berlalu, dari wa dia mengabarkan kalau sudah foto SIM dan sedang menunggu antri untuk tes tulis. Lalu dia diam tidak ada kabar sekitar satu jam lagi.
 Dengan tersenyum jenaka dia muncul dari pintu gedung dimana dia tes. Tes tulis SIM A lulus namun tes SIM Cnya  yang bikin nyesek. Aku tanya kenapa? Karena nilai lulus itu 70 sedangkannilaiku 69,30. Jadi aku harus mengulang tes lain hari. Sekarang aku bisa meneruskan tes mengemudi roda empat. Aku sangat kawatir karena dia terbiasa dengan mobil matic, sedangkan yang tersedia adalah mobil manual. Belakangan aku ketahui ternyata boleh tes memakai mobil sendiri ternyata.  Kami sama sekali tidak mengira kalau tes SIM C gagal dan tes SIM A yang terlihat sulit malah nilainya 82-lulus. Kali ini dia mengantri dengan was-was karena tidak terbiasa dengan mobil manual. Meski beberapa kali mesin mati tapi secara teknik dia bisa melakukan dengan baik ketika parkir pararel maupun parkir di tempat yang hanya pas untuk ukuran kendaraanya. Namun, ketika harus ada tes berhenti di tanjakan terlihat sekali kopling di kaki kirinya belum terlatih dengan baik sehingga dia mundur. Alhamdulilah petugas yang mengetesnya melihat dia sebenarnya mampu kalau pakai mobil matic sehingga meski dia mundur di tanjakan tetap diluluskan.  Proses selanjutnya membayar biaya cetak SIM A dan setengah jam kemudian mengantri,dia sudah bisa memegang SIM A nya. Ada senyum aneh yang tersungging di bibirnya. Seharusnya SIM C duluan yang mendesak dipakai. Ini malah SIM A dulu yang dia dapatkan.  Beberapa hari kemudian, kami datang lagi dan daftar untuk mengikuti tes tulis SIM C. Dia bilang sudah belajar sehingga insyaAllah tes kali ini sudah tahu. Ternyata, dia gagal lagi. "Apa tidak ada bantuan, Bu?" Dia mulai putus asa dan memintaku menemui teman bapaknya di dalam gedung. Aku bilang "Ibu malu Le memakai jalan seperti itu. Sekali lagi ya minggu depan. Nanti belajar sama Ibu atau Bapak dengan soal-soal dari youtube atau google. `
 Begitulah caraku mendinginkan emosi anakku yang sudah gagal dua kali. Malam harinya Bapaknya menghubungiku dan mereka membahas soal-soal dengan sesekali berdebat dengan sengit sampai tengah malam. 
Esok harinya karena aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku maka si Adik pergi tes sendiri. Tepat lima belas menit setelah dia kirim wa kalau mau mulai tes dia sudah mengabarkan kalau lulus dengan nilai diatas 80. Bravo ... ternyata setelah dia lebih serius belajar bersama bapaknya khirnya bisa lulus dengan baik.  Lega rasanya bisa mendampingi dia mendapatkan SIM A dan C nya dengan kemampuan dia sendiri. Mengajarkan pada dia bahwa untuk mendapatkan sesuatu butuh usaha, kerja keras, ulet tidak gampang menyerah dan dilarang memakai jalan instan seperti jabatan bapaknya. Tidak kalah penting bahwa penilaian kami terhadap lembaga tersebut akhirnya membaik. Pelajaran kita kali ini adalah kalau kita berusaha percaya bahwa jalan yang sesuai prosedurnya itu jauh lebih terhormat dan biayanya jauh lebih murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun