"Hmm... aku masih bisa mengatur waktu. Mungkin aku bisa mengurangi beberapa jam les," jawab Sofia sambil menyantap makan malamnya.
 "Tapi kamu suka memberi les, kan?" tanya ibunya, mengangkat alis.
 "Iya, Bu. Tapi ini kesempatan yang tidak bisa aku lewatkan!" Sofia merasa bersemangat, tetapi di dalam hatinya, ada keraguan.
 Beberapa minggu berlalu, dan Sofia mulai merasakan beban yang semakin berat. Dia berlari dari satu tempat ke tempat lain: memberi les, mengerjakan tugas kuliah, dan mengurus berkas magang. "Aduh, capek!" keluhnya saat dia terjatuh di kasurnya.
 Keesokan harinya, dia bangun dengan semangat. "Oke, Sofia. Hari ini kamu bisa melakukannya!" Dia menyemangati dirinya sendiri di depan cermin. "Kamu hebat!"
 Di kampus, dia bertemu dengan beberapa teman. "Sofia, kamu makin sibuk ya? Dari mana kamu dapat energi segitu?" tanya Danu sambil tertawa.
 "Ah, aku bukan superhero. Hanya pekerja keras," jawab Sofia sambil tersenyum lebar.
 "Pekerja keras atau pekerja gila?" Danu menggoda. "Jangan sampai kamu pingsan, ya!"
 "Tenang saja! Aku bisa mengatur semuanya," Sofia menepuk dada. Namun, dalam hati, dia merasa beban tanggung jawab semakin menekan.
 Suatu malam, saat memberi les, Sofia tidak bisa fokus. "Kak Sofia, kenapa kamu tidak semangat?" tanya Alin, anak kecil yang dia ajar.
 "Eh, aku... hanya sedikit lelah," jawab Sofia sambil tersenyum, tetapi suara tawa anak-anak di sekelilingnya membuat hati Sofia hangat.