Mohon tunggu...
dwina dolopo
dwina dolopo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Move and Challenge Yourself

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dengan Hati

16 Oktober 2024   18:02 Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:16 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa hari yang lalu saya diberi amanah untuk menggantikan mengajar di kelas yang kebetulan gurunya sedang bertugas di luar. Setelah dijelaskan sekilas tentang materinya maka saya juga mempersiapkan diri dengan beberapa skenario. Saya belum tahu kondisi anak-anaknya sehingga ini juga membuat saya berdebar-debar.

Hari pelaksanaan pun tiba. Sambil beradaptasi bersama siswa-siswa yang tidak saya kenal, maka yang biasanya ketika mengabsen hanya dengan melihat jurnal kelas maka kali ini saya memanggil satu persatu. Panggil nama dan memancing mereka speaking dengan memintavmereka menyebutkan nama panggilan dan satu kata kunci `what made me happy recently.`

Ada yang lancar memberikan penjelasan apa yang membuat mereka bahagia akhir-akhir ini. Ada juga yang masih berpikir keras. Entah karena memang hidup mereka selandai itu atau bingung Bahasa Inggrisnya apa. Kadang untuk memancing mereka bicara panjang lebar, saya memberikan pertanyaan sehingga muncul lagi ide mereka. Saya juga mengizinkan teman-temannya satu kelas untuk mengomentari penjelasan dari teman mereka yang sedang dapat giliran.  

Siswa pertama lancar. Dilanjutkan siswa kedua dan seterusnya. Menginjak giliran siswa yang kelima Bahasa Inggrisnya kurang sehingga dia kehabisan kosa kata. Saya memperbolehkan mereka mencampur penjelasan dengan Bahasa Indonesia, akan tetapi dia masih berhenti sembari senyum-senyum.

Saya memang butuh keaktifan semua siswa untuk berkomentar. Semua boleh bertanya maupun memberikan ide. Karena yang presentasi kehabisan akal maka mulai muncul beberapa komentar yang tidak nyambung dengan tema perkenalan dan penjelasan tentang apa yang membuat mereka bahagia akhir-akhir ini.

Di barisan bangku paling belakang ada satu anak yang dari lima menit pertama berbeda dari yang lainnya. Saya pura-pura menganggapnya normal. Dia bicara dengan teman kanan, teman kiri, menjatuhkan benda, berdiri, duduk dengan menyilangkan kaki. 

Dalam hati saya menebak ini pasti anak yang menjadi perbincangan hangat antar guru. Anak usil, suka mengganggu teman dan parahnya tidak bisa konsentrasi mengerjakan tugas. Tukang mengeluh tidak bisa, capek, padahal belum mencoba dengan keras. 

Hampir seluruh hal yang bisa menggagalkan proses belajar di kelas ada pada tingkahnya. Alhasil banyak guru yang harus memutar otak agar emosinya tidak terpancing. Rencana pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

Saya berusaha menjalin komunikasi dengan dia. Dengan harapan kalimat-kalimat yang akan muncul dari bibirnya bisa menghidupkan suasana kelas. Namun, baru saja dia mulai bicara, saya menggigit bibir. Perasaan sedikit geli dengan pronounciation-nya. Sekejap saya terhanyut dengan perilaku tak terpuji seperti meremehkan dia. Saya segera sadar dan berusaha tersenyum kembali menjadi seorang yang netral.

Setelah dia berhenti, saya baru mengoreksi cara dia mengucapkan beberapa kosa kata yang tadi kurang tepat. Pada saat saya menjelaskan ada saja yang membuat dia bergerak. Baik menunduk, tengok kanan, jawil temannya, berusaha mengajak temannya ngobrol, berdiri, mondar-mandir,  ada saja yang membuat dia bergerak seolah tidak mampu duduk diam lebih dari lima menit saja.

Saya berusaha meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi langsung dengan dia. Namun ternyata setengah jam pertama saja saya sering sibuk memperhatikan dia agar pembelajaran sesuai rencana. Saya berusaha melanjutkan penjelasan dan mengabaikan dia. Ternyata dia butuh penanganan khusus. Saya pun harus memanggilnya, menyuruhnya membawa kursi ke depan dekat dengan kursi guru dan mendengarkan, mengikuti pelajaran di dekat saya, itu harapan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun