Mohon tunggu...
Dwi Mufidah
Dwi Mufidah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Musim Kemarau Bukan Menjadi Penghalang untuk Menanam Semangka

30 April 2020   22:23 Diperbarui: 30 April 2020   22:41 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani di Desa Karanganom, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal, mencoba meraup untung dari menjual semangka. Saat musim kemarau, petani di daerah tersebut berbondong-bondong menanam semangka. (Sumber Gambar : Dwi Mufidah)

Karanganom  – Berbekal sebuah ketelatenan dan keuletan para petani semangka dalam merawat, mereka berhasil menjadi petani semangka sukses di Desa karanganom, RT 019 RW 004, Kecamatan Weleri, Kabupaten kendal, Jawa tengah.

memanfaatkan musim kemarau dengan menanam semangka. (Sumber : Dwi mufidah)
memanfaatkan musim kemarau dengan menanam semangka. (Sumber : Dwi mufidah)
Petani semangka Desa Karanganom, mengungkapkan semangka sangat baik ditanam saat musim kemarau, karena tidak terlalu banyak membutuhkan air.  "Cukup disiram sekali atau dua kali setiap hari, namun di samping itu juga di butuhkan keuletan dalam merawatnya " ujar petani (28/4/2020)

 jarak antara waktu tanam dengan panen semangka tidak lama sekitar dua bulan. Adapun semangka yang ditanam ada jenis belang bundar dan lonjong atau semangka inul. Untuk semangka inul, disebut juga dengan nama black orange.


Untuk harga semangka inul satu kilogram Rp 4.000 dan semangka belang bunder satu kilonya Rp 2.500. Apabila harga tengkulak sedang bagus maka semangka akan dijual dengan cara diborongkan kepada tengkulak.


"Tapi saat ini harga tengkulak hanya Rp 1.500 per kilogram untuk semangka belang bunder dan Rp 2.000 per kilogram untuk harga black orange. Sehingga petani menjualnya dengan keceran. Sudah jualan seminggu ini dan omzetnya lumayan, andai memiliki kerugian, kerugiannya pun cukup siknifikan insyaallah masih bisa balik modal ", tukasnya petani tersebut.
“Rasanya boleh, Alhamdullillah manis, boleh dirasa sendiri",  lanjut petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun