Mohon tunggu...
Dwimas Panduwinata
Dwimas Panduwinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

IDN-UAE

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Buntut dari Media Sosial Pada Film The Sosial Dilemma

12 Juli 2021   21:57 Diperbarui: 12 Juli 2021   22:02 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

The Social Dilemma, film garapan sutradara Jeff Orlowski yang sebelumnya pernah menyutradarai beberapa film dokumenter terkenal seperti Living with Jaguars, Chasing Coral, dan Chasing Ice yang tahun ini baru saja di tayangkan. The Social Dilemma merupakan sebuah film dokumenter yang bercerita tentang sosial media, namun secara garis besarnya film ini menceritakan tentang dampak negatif media sosial dari kemajaun teknologi yang mendunia. Beberapa narasumber yang ada dalam film ini juga bukan sembarang orang, beberapa narasumber tersebut ialah sosok penting dibalik kesuksesan media platform besar seperti Google, Firefox, Facebook, Twitter, Instagram, dan platform lain yang mendulang kemudahan dari kemajuan teknologi dimasa kini. Tidak hanya wawancara, namun film ini juga menampilkan reka adegan yang diperankan oleh aktor dan aktris langsung, sehingga penonton lebih mengerti tentang apa yang dibicarakan dan dipaparkan oleh narasumber. Menurut saya, adanya reka adegan ini mampu membuat penonton yang awam dan kurang faham dengan bahasa ilmiah pada pemograman sistem menjadi lebih mengerti dan tidak merasa bosan. The Social Dilemma sudah bisa disaksikan melalui platform streaming film berlangganan Netflix pada 9 September 2020 lalu, dan film ini sebagai salah satu film dokumenter di Netflix yang paling banyak ditonton, serta berhasil mendapatkan penghargaan impact film award pada ajang Boulder International Film Festival di tahun 2020 dan masuk pada nominasi best documentary di BAFTA Film Award tahun 2021.

Media sosial adalah media daring (dalam jaringan) yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi jarak jauh, proses interaksi antara user satu dengan user lain, serta guna mendapatkan sebuah informasi melalui perangkat dengan perantara aplikasi khusus menggunakan jaringan internet. Desain awal dari adanya sosial media sendiri adalah sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antar pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas sehingga media sosial memungkinkan konektivitas dari pengguna satu ke pengguna lain diseluruh pelosok dunia. Namun pada suatu masalah terkait dampak tersebut ialah mempengaruhi psikologis. Dalam film The Social Dilemma, Tristan Harris selaku mantan pakar etika Google mengemukakan bahwa tidak pernah ada dalam sejarahnya 50 desainer membuat keputusan yang akan berdampak pada 2 miliar orang. Film ini memiliki memaparkan dampak yang terjadi terhadap 2 miliar orang tentang pentingnya media sosial sekaligus melihat sisi jahatnya, hingga akhirnya membawa para pengguna pada sebuah dilema.

The Social Dilemma memberikan kesadaran dan edukasi terhadap pengguna media sosial untuk menjadi pengguna yang cerdas, karena dampak negatif yang diceritakan dalam film tersebut cukup fenomenal dan banyak terjadi dikalangan umum atau relevan bagi pengguna media sosial, diantaranya ialah, interaksi sosial secara langsung yang semakin menurun karena masyarakat modern lebih merasa dekat dengan ponsel dan lebih nyaman dengan penggunaan ponsel pada masa sekarang. Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi membuat banyak orang berbondong - bondong membeli bermacam jenis gadget untuk mempermudah kehidupan, seperti berkomunikasi jarak jauh, mengakses informasi, bahkan sumber mata pencaharian atau hanya untuk sekedar bersenang - senang sudah bisa dilakukan hanya dengan telefon genggam. Namun, karena kemudahan yang diberikan ponsel tersebut pada masa yang serba ada seperti sekarang justru malah memberi jarak bagi setiap manusia untuk bersikap interaktif. Contoh kecilnya saja, sejak dulu manusia apabila tidak menemukan suatu alamat pasti meluangkan waktunya untuk bertanya pada warga setempat, namun sekarang semua alamat sudah bisa ditemukan pada aplikasi maps di ponsel. Pada tuturan dampak pertama yang dijelaskan pada film The Social Dilemma ialah saya setuju, pandangan saya, dampak seperti ini memang terbilang kecil, namun perkembangan dan kemajuan tersebut yang mampu mengubah pola persepsi generasi yang akan datang untuk menjadi generasi yang "serba teknologi", dalam artian seperti apapun masalahnya generasi yang akan datang akan selalu mendahulukan teknologi dan solusi terbaik ialah teknologi, walaupun sebenarnya memiliki keterkaitan terhadap pemanfaatan kemajuan teknologi akan tetapi hal tersebut akan menjadi masalah pada interaksi sosial, sehingga peran komunikasi dalam kehidupan hanyalah sebatas ilmu pengetahuan yang tidak perlu ada praktek.

Media sosial hadir pada zaman dimana telefon genggam sudah ramai dan banyak digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari anak - anak sampai lansia. Mengutip fakta pada New York Times, sekitar 70% orang tua mengaku mengizinkan anak mereka pada rentang usia 6 bulan hingga 4 tahun bermain smartphone saat mereka sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, serta 65% melakukan hal tersebut untuk menenangkan anak ketika berada di tempat umum. Saya pribadi mengizinkan adik saya berumur 6 tahun untuk menggunakan smartphone untuk kepentingan komunikasi, namun faktanya yang terjadi adalah smartphone tersebut disalah gunakan untuk keperluan bersenang-senang seperti menonton Youtube, Tiktok, bermain game bahkan membuat akun instagram secara otodidak. Hal ini membuktikan bahwa pada usia sedini mungkin, anak sudah mengenal dunia tersebut, dunia maya. The Social Dilemma menjawab hal tersebut pada dampak negatif dari sisi pengaruhnya terhadap kesehatan mental, khususnya pada anak usia 10 - 18 tahun keatas. Anak - anak pada usia tersebut memiliki kondisi psikologis yang terbilang labil, dan sangat mudah merasa direndahkan hanya karena komentar negatif pada postingan media sosial, ketidakpercayaan diri atas pencapaian orang lain, gangguan ini sering disebut "insecure". Contoh kasus yang sering terjadi adalah beberapa perempuan lebih percaya diri melakukan selfie dengan menggunakan filter yang tersedia di Instagram.  Dalam hal ini seolah para remaja merasa tertuntut untuk mengikuti trend dan standar kesempurnaan setiap orang yang berbeda-beda, dan tentunya pada sosial media itupun tidak realistis dan hanya popularitas palsu pada aktivitas penggunanya agar semakin bergairah untuk mendapatkan gelar populer dikalangannya. Aktivitas tersebut adalah jarak waktu pemerikasan pesan masuk atau notifikasi, jumlah follower, jumlah likes, dan berujung pada gangguan psikologis merasa ketenaran (star syndrome).

Faktanya, pada kasus ini film The Social Dilemma juga menguak tentang dampak media sosial tersebut terhadap psikologis penggunanya. Kepopuleran media sosial di kalangan muda menghasilkan banyak perdebatan serta membuat platform tersebut menjadi pokok yang dapat dibilang penting dalam proses perkembangan remaja di masa sekarang dan masa yang akan datang. Laporan yang tertera dari WHO (World Health Organization) terdapat 10% sampai 20% anak dan remaja yang menderita gangguan pada kejiwaan, gangguan yang paling sering ditemukan ialah pada klasifikasi usia tersebut ialah gangguan anxiety, dan depresi dengan angka yang terus meningkat sampai 70% dalam 20 tahun terakhir. Lebih mengerikan lagi fakta yang diulas pada film The Social Dilemma yaitu saat angka bunuh diri yang dialami oleh para remaja di Amerika Serikat mengalami kenaikan yang cukup signifikan seperti yang telah di jelaskan WHO, sedangkan kasus bunuh diri pada remaja usia 10 hingga 14 tahun meningkat sebesar 151%.

Menurut Chamath Palihapitiya, seorang former VP of growth dari Facebook yang juga menjadi narasumber pada film The Social Dilemma menyatakan bahwa mereka ingin secara psikologis tahu cara memanipulasi pengguna media sosial secepat mungkin lalu membalas itu dengan stimulasi dopamin yang membuat ketagihan, dan mereka sudah berhasil menerapkan itu pada Facebook, Instagram, Snapchat dan sebagainya. Sayangnya, Sean Parker selaku former president of Facebook sadar akan hal itu dan ia dan para presiden dari setiap perusahaan media sosial mengakui bahwa melakukan hal itu secara sadar dan tetap melakukannya. Meskipun cukup banyak penelitian yang menunjang tentang adanya hubungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja, namun banyak pula penelitian lain yang menunjukan hasil sebaliknya serta memberi kesimpulan bahwa kesehatan mental remaja dan media sosial tidak memiliki keterkaitan dan hubungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengalaman saya pribadi di tahun 2020, saya cukup sering melakukan surfing di media sosial entah untuk berbelanja, ataupun hanya menghabiskan waktu luang, namun semakin hari justru membuat saya merasa lelah dengan fikiran dan mendorong diri saya untuk terus menyendiri dan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, benar adanya bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membuat penggunanya ketergantungan dan berakhir pada stress. Solusi cepat yang saya ambil untuk melalui permasalahan ini adalah dengan mendetoks diri atau mencoba mencoba untuk tidak menggunakan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan Youtube selama satu minggu, bahkan juga membuka Whatsapp seperlunya saja serta benar-benar menghabiskan waktu untuk berinteraksi lebih banyak dengan keluarga, berkumpul dan bermain dengan teman tongkrongan seperti anak muda pada umumnya, dan mencari aktivitas yang lebih produktif selain tidur. Manfaat yang dirasakan setelahnya cukup signifikan, rentan menghabiskan waktu pada penggunaan media sosial tidak selama saat sebelum melakukan vakum serta tidak lagi merasa ketergantungan. Setelah melihat akan dampak yang terjadi tadi, secara garis besar pengaruh negatif dari media sosial adalah rasa ketagihan, candu, dan adiktif dari penggunaan media sosial berfrekuensi tinggi.

            The Social Dilemma juga memberi penjelasan terhadap dampak media sosial yang memicu pada berita palsu atau hoax kian semakin marak beredar di lingkup ruang virtual. Tujuan dari adanya sosial media sendiri adalah sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antar pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas sehingga media sosial memungkinkan menghubungkan dari pengguna satu ke pengguna lain diseluruh pelosok dunia. Semua orang dapat masuk ke dalam jaringan tersebut secara mudah dan praktis tanpa melihat latar belakang manusianya, berapa kalangan memanfaatkan kesempatan ini sebagai tempat menjatuhkan suatu pihak dengan menyebarkan berita palsu, menghebohkan jagat dunia maya, dan tidak sedikit pula yang memanfaatkan dampak buruk ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Media sosial digunakan manusia dari berbagai penjuru dunia, dengan kehebohan yang terjadi atau kebetulan dengan topik hangat yang dibahas pada waktu tersebut, berita palsu dengan mudahnya di terima dan di sebarkan masyarakat tanpa mengetahui validitas dari berita tersebut. Contoh yang terjadi di Indonesia saat ini adalah berita rekaman amatir mengenai gagasan Dr. Lois tentang pandemi Covid-19 dan keterkaitan obat penetralisir virus pada acara Hotman Paris yang viral di Tiktok karena percakapan berat yang dibacarakan antara Hotman Paris dan Dr. Lois dinyatakan sedang off-cam atau tidak ditayangkan serta tayangan tersebut tidak direkam sampai percakapan selesai sehingga informasi yang didapat oleh publik memicu kekeliruan yang berujung pada hoax, padahal kejadian sebenarnya adalah segmen tersebut ditayangkan pada saat siaran.

            Film dokumenter ini juga membeberkan bagaimana hebatnya sebuah perusahaan teknologi informasi mendapatkan data setiap pengguna media sosial lalu dikumpulkan dan menjadi aset berharga karena hak privasi pengguna yang mereka ketahui. The Social Dilemma memberi edukasi sekaligus pembelajaran yang bisa menjadi pedoman serta pengetahuan terhadap penontonnya untuk mengetahui bahwa media sosial tidak sebenar-benarnya menyenangkan, ada sisi buruk yang terjadi di depan layar maupun dibalik layar pengguna. Maksudnya disini ialah, dampak buruk yang terjadi benar terlihat karena pengguna sendiri yang mengalami dan dampak burung dibalik itu semua juga pada keamanan data pengguna. pada dasarnya segala hal buruk dari media sosial yang terlihat amat natural ataupun alamiah adalah bukan sebuah "kecelakaan", tetapi memang media sosial telah didesain seperti itu. Namun dampak positifnya dari film The Social Dilemma adalah penonton bisa memahami bagaimana cara algoritma media sosial antar setiap aplikasi bekerja untuk mendapatkan perhatian penggunanya, selain itu penonton juga dapat mengambil pesan-pesan informatif berdasarkan dampak buruk yang telah ditayangkan pada film tersebut.

            "Teknologi sebelumnya hanya menunggu kita memakainya, lihatlah sepeda, dia diam dengan sabar sampai kita memakainya. Media sosial menuntut kita untuk terus menggunakannya. Ini sama sekali ekosistem teknologi yang berbeda. Media sosial bukan alat yang menunggu untuk digunakan, ia punya tujuan dan cara sendiri untuk memperolehnya menggunakan psikologimu melawan dirimu." - Tristan Harris selaku Google former design ethicist & Co-Founder of Center for Humane Technology.

Dalam kemajuan zaman menuju modern seperti sekarang, teknologi dan perkembangannya meliputi perangkat digital seperti komputer, laptop, serta smartphone membuat sebuah perbandingan yang lurus dengan kebutuhan modern akan penggunaan jaringan internet. Banyak hal yang dapat dilakukan, dan media sosial adalah salah satu fitur platform yang paling bergengsi bagi masyarakat modern. Sebagian besar pengguna dapat mengetahui fungsi dan berbagai fitur yang disajikan dalam sebuah platform media sosial. Pengeksplorasian tentang media sosial selalu saja menghadirkan hal yang positif, karena berdasarkan perspektif saya pribadi, kelebihan adalah sebuah produk yang selalu diperjual belikan, tidak pernah ada pedagang yang memperdagangkan kekurangan. Dampak buruk atau kekurangan media sosial hadir pada ketidaksadaran setiap penggunanya, hanya beberapa pengguna yang mungkin merasakan dampak buruk media sosial tersebut. Film The Social Dilemma hadir sebagai sebuah ilmu yang layak untuk diterapkan demi menghindari permasalahan dan kejadian yang tidak diinginkan. Pada masa sekarang, topik yang dibahas adalah pertikaian yang relevan pada keadaan saat ini yang mayoritas orang memiliki akses internet, sebab kebutuhan evolusioner yaitu alat serba teknologi bukanlah suatu hal yang tabu lagi untuk dibahas, namun dari film ini dapat menjadi sebuah pengingat bagi masyarakat tentang bagaimana penggunaan media sosial sangat berpengaruh pada pola hidup manusia, baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Menurut sutradaranya sendiri, Jeff Orlowski mengatakan bahwa film ini akan membantu penonton untuk segera menyadari bagaimana caranya satu lingkup media sosial telah mampu menciptakan utopia dan distopia secara bersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun