Setelah berpamitan dengan malaikat tanpa sayapku di rumah, Aku dan Citra melaju ke Job Fair yang ada di Daerah perkotaan. Setelah selesai menjajaki perusahaan-perusahaan tersebut, kami singgah ke kampus Citra, melaksankan sholat, melantunkan do'a terindah pada Allah, dan menghabiskan kebersamaan kami, sebelum Citra kembali pada kesibukannya.
Hari berganti, minggu berlalu, hingga bulan mengantarkan pada tepat satu purnama Aku menunggu kabar dari semua perusahaan yang sudah aku harapkan. Sembari menunggu kabar Aku kembali melanjutkan pengembaraan pencarian lowongan pekerjaan ke beberapa kantor yang tidak jauh dari desa. Namun, semua hasilnya adalah nihil, ya..belum ada satupun panggilan yang datang menghampiriku.
Dengan segudang pertanyaan yang ada di kepalaku, faktor apa yang menyebabkan heningnya harapan indah itu. Aku berusaha memutar otak untuk mencari solusinya, agar aku sesegera mungkin mendapatkan pekerjaan dan finansial. Ya..aku teringat jika sejak kecil aku suka sekali menjadi pengajar, yang muridnya adalah teman-temanku sendiri. Tapi, itu hanya sekedekar hobi, yang tidak linier degan ijazahku.
Namun, Alhamdulillaah Allah maha baik, Qodarullah salah satu tetangga memintaku mengajari anak bungsunya yang bernama Iqbal untuk belajar calistung ( membaca, menulis, menghitung ). Akhirnya setengah hati, aku terima dan sementara memakai topeng untuk menjadi seorang pendidik, yang sebelumnya aku tergolong awam tentang ilmu pendidikan. Dengan modal bismillaah aku memulainya, mengingat kembali metode yang digunakan guruku waktu mengajar dan segala tentang pendidikan saat aku masih menjadi seorang pelajar.
Rasa penasaranku masih berkecamuk di hati, karena lima perusahaan yang aku jajaki belum juga ada lampu hijau. Aku kembali mencoba melanjutkan pengembaraanku mencari lowongan pekerjaan. Kali ini aku beranikan diri melangkah sendiri, karena Qodarulloh sahabatku sedang sibuk dengan rutinitas barunya sebagai pengusaha oleh-oleh khas Palembang.
Alhamdulillaah..tiga perusahaan kembali aku jajaki, berharap ada bintang cerah esok hari. Pasti keluargaku akan bahagia jika aku bisa bekerja di kantor, apalagi kantor ternama di salah satu Kota Besar.
"Kring..kring kring" ponselku berdering.
"Assalamu'alaikum, gimana Sa sudah diterima di Perusahaan mana?" Citra berprasangsa baik padaku.
"Wa'alaikumalam, belum ada tanda-tanda sinar harapan terbit Ra."
"Ya sudah tak apa, kamu yang sabar ya. Kembali aku tawarkan atau kita kerja sama saja jadi pengusaha kecil-kecilan sepertiku?" ajak Citra.
"Terima kasih banyak Ra, kamu sudah terlalu baik padaku sedari dulu. Tapi aku ingin mencoba hadap kanan dan langkah tegap maju jalan."
"Hah, maksudmu?" Citra terdengar penasaran.
"Sementara ini, aku mulai membersamai anak-anak imut dan menggemaskan yang sedang semangat belajar membaca."