Â
Sebagai negara yang 70% wilayahnya berupa perairan sudah seharusnya negara Indonesia memperhatikan kesehatan perairannya. Air merupakan kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Air sangat dibutuhkan dalam kegiatan sehari -- hari,  seperti  mandi, mencuci, sampai dikonsumsi sebagai air minum.Â
Air yang berkualitas tentunya didapat dari perairan yang terjaga kesehatannya. Banyak sekali perubahan antara perairan Indonesia yang dulu dan sekarang contohnya saat ini sudah jarang ditemukan sungai dengan air jernih dan ekosistem yang masih terjaga terutama di daerah Jawa.Â
Berbagai kasus pencemaran air yang menyebabkan organisme di dalam perairan contohnya ikan yang mengalami kematian massal sudah banyak diberitakan.Â
Ikan yang mengalami kematian tersebut kebanyakan berada di perairan yang telah tercemar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pencemaran air di Desa atau Kelurahan seluruh Jawa Barat pada tahun 2014 mencapai 1131 kasus, 2018 terdapat 1890 kasus, dan pada 2021 dengan 1217 kasus. Â
Dari data tersebut bisa menjadi gambaran tingkat kesehatan perairan di Indonesia terutama daerah jawa yang terbilang buruk. Kesehatan perairan yang buruk tentunya akan mengancam kesehatan makhluk hidup yang berada ataupun mengonsumsi air dari perairan tersebut.
Aktivitas manusia merupakan faktor terbesar dalam pencemaran perairan. Kebiasaan manusia membuang sampah sembarangan seakan sangat melekat dengan rakyat Indonesia. Kebiasaan buruk tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut - berlarut karena akan membahayakan manusia itu sendiri.Â
Dampak negatif dari membuang sampah tidak pada tempatnya terutama di wilayah perairan terkadang tidak bisa dirasakan secara langsung.
Hal ini mungkin yang menjadi alasan kurangnya efek jera manusia ketika membuang sampah sembarangan. Fenomena mikroplastik menunjukkan kesehatan perairan berbanding lurus dengan kesehatan manusia.Â
Mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber yang berukuran kurang dari 5 milimeter sangat berbahaya bagi tubuh. Saat ini banyak kasus ditemukannya mikroplastik di mana saja. Peneliti Selandia Baru telah menemukan mikroplastik pada salju yang turun di Antartika.Â
Selain itu, seorang peneliti di Universitas Sakarya di barat laut Turki juga menemukan 13.000 kandungan mikroplastik di sekantong teh celup. Mikroplastik yang dikonsumsi manusia dalam jangka waktu lama dapat memicu pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi.Â