Mohon tunggu...
Dwi Marfuji
Dwi Marfuji Mohon Tunggu... Administrasi - Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Sesantai gambarnya...\r\n\r\n@dwimarfuji

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seberapa Kuat Resistensi Kompasianer Melawan Opini Mainstream Media Nasional?

8 November 2016   11:08 Diperbarui: 10 November 2016   09:09 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Headline dan ulasan-ulasan media nasional kalau kita amati beberapa bulan terakhir nampaknya makin seragam. Korporasi media-media masa baik di daerah maupun nasional sebenarnya secara kuantitas memang semakin banyak, (terutama yang berbasis online ) namun blow up terhadap suatu isu nampaknya rame-rame ditujukan terbatas pada isu-isu tertentu. Kesengajaan kah?atau dari sekian banyak media hanya satu yang berkualitas dan yang lain ikut-ikutan membebek dibelakangnya?

Bukanya apa-apa ini hanya sebuah kejenuhan seorang anak manusia yang muali bosan melihat sajian media yang begitu-begitu saja, hingga akhirnya menemukan subtitusi lain yaitu dengan belajar membaca dan menulis di mana orang menyebutnya blog berjama'ah atau blog kroyokan, kompasiana.

Menulis dikompasiana satu diantara skian ratus ribu kompasianer memang sebuah keberuntungan, sangat terasa terutama dikondisi seperti sekarang, membaca tulisan/liputan jurnalis atau wartawan yang digaji memang sangat komplit menyajikan indahnya rangkaian kata, efisiennya kalimat namun tetap mereka terikat dan tak semerdeka warga saat menulis, warga lebih merdeka dalam menulis, tak terkekang oleh arahan atau mungkin pesanan pemimpin satu media.

Kembali pada ulasan dan sajian media masa kini, semakin lama mengikuti dan mengamati berbagai media, bukannya semakin terang hitam dan putihnya, terlihat semuanya seolah-olah benar, duel kebenaran yang didampingkan dengan kebenaran yang lainnya. Seakan-akan duel antara kebenaran dan kejahatan sudah lama berakhir. 

Lantas begitu sajakah, tak ada kata selanjutnya? Jangan sampai terbawa arus atau mainstream, opini mayoritas belum tentu bermuara pada kebenaran, begitu pulaberlaku sebaliknya. karena kebenaran begitu mudah diklaim oleh siapa saja, dengan polesan sedemikian rupa, terkadang sesuatu yang samar-samar dapat muncul sebagai sesuatu yang putih, orang awam seperti saya akan sangat kesulitan dalam membedakan, sejauh ini mengelola informasi dengan bijak, membaca, mendalami data dengan tepat, menuliskan dengan tutur kata santun, simpati untuk andil dalam perubahan serta menahan berbicara agar tak melebihi kapasitas merupakan pilihan utama.

Salam hangat untuk para pembaca, khususnya para kompasianer, teriring doa, semoga Indonesia tetap di hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun