Mohon tunggu...
Dwi Marfuji
Dwi Marfuji Mohon Tunggu... Administrasi - Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Sesantai gambarnya...\r\n\r\n@dwimarfuji

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kodok dan Demo Penurunan Pemimpi(n)

29 Maret 2016   15:13 Diperbarui: 29 Maret 2016   15:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tlaga tempat sangkodok dan rakyat tinggal kini dimasuki manusia doc.jgj"][/caption]Pada suatu hari di negri antah berntah terjadi sebuah pertikaian kecil, pemimpinnya waktu itu masih sangkodok. Kerusuhan-kerusuhan kecil tersebut tak dijadikan fokus yang diatasinya dalam memimpin, sangkodok tak mau dikecoh dengan permasalahan yang tak pakem di negri antah berantah tersebut. Ia lebih mengerahkan segala upayanya untuk membuat air telaga kembali melimpah dan cukup untuk minum dan makan seluruh rakyatnya.

Sebenarnya ia tak harus susah payah, kewajibannya memimpin tinggalah 3hari lagi. Namun ia tetap menuntaskan kewajibannya, baginya setahun atau barang sejam pun termasuk waktu yang berharga untuk mengabdikan diri.

Pemilihan pemimpi sudah dilaksanakan dan mereka sudah memiliki pemimpi baru yang segera akan dilantik, ternyata pertikaian-pertikan kecil sedari awal tadi tiba-tiba mereda, mereka kelihatan akur ternyata pertikaian tersebut hanya untuk menjatuhkan citra sangkodok yang tak bisa berbuat apa-apa, bahkan banyak terjadi pertikaian dan ujung-ujungnya rakyat tak mau lagi mendengarkan sangkodok.

Sangkodok pun sudah selesai masanya, ia digantikan oleh yang baru. Namun belum apa-apa, pemimpi yang baru telah memperpanjang ijin pengambilan rumput laut yang notabene harta sekaligus kekayaan negeri tersebut, dulunya hanya 775.115gram kini menjadi 1.033.758gram, yang katanya negri yg kaya namun tak dinikmati penduduknya. Padahal zaman sangkodok ijin itu akan dicabut, dan rumput laut akan sepenuhnya dikelola rakyat antah berantah. 

Selanjutnya anggaran vital untuk belajar berenang dan mencari makan ikan2 dan penghuni kolam pun tiba-tiba menyusut, dialihkan untuk mengikuti kontes tinggi2an loncat yg konon katanya menghabiskan dana 15juta Yuiro. Yah inilah yang terjadi, rakyat negri antah kelas menengah kebawah mulai kacau, tak bisa bertahan karna ketidak seimbangan kondisi, sebagain yang mngamankan diri lebih mending namun tetap bencana kelaparan tak bisa terbendung, rakyat sadar, mereka salah pilih, mereka sadar hanya diombang-ambingkan omongan2 belaka oleh arus medi, padahal media juga berpihak satu hal(katanya sih pasar, tapi pasar pun punya decide makernya), rakyat yg dulu labil kini sangat menyesal. Namun apa yang harus dilakukan sekarang?

Tetua berujar, semua akan menjadi baik bila kalian mulai memperbaiki diri, hidupkan lagi kasih sayang sesama, tinggalkanlah kawanan yang egois, maunya menang sendiri, harta dikuasai sendiri, nikah dengan kalangan sendiri, bergaul dengan kalangan sendiri, kasihnya hanya untuk kalangan sendiri, sudahlah tinggalkan mereka dan dekatilah orang-orang yang memberi manfaat kebaikan, walau kata-katanya kasar, sikapnya kurang ngeh dimedia, cenderung citranya jelek namun mari kita hidupkan hati ini, supaya racun yang bertebaran tak mengenai kita, kesucian langkah terjaga dan tak akan ada lagi para serakah-er, sebenarnya jumlah populasi banyak tak mengapa jika para serakah-er dimusnahkan, semua dibawah dan atas bumi ini cukup memenuhi kebutuhan seluruh yang melata namun tidak cukup untuk satu serakah-er. 

Perjalanan ratusan mil diawali satu langkah kecil, penyesalan telah melemparkan isu yang tak tepat pada teman, saudara, keluarga adalah awalnya, seperti langkah penerusan pesan fesbuk dan twitter dibelahan negri lain, berikan sudut pandang terbaik anda,,,tak ada kata terlambat...

Hanya satu kata, Sekarang tunggu apa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun