Mohon tunggu...
Dwi Marfuji
Dwi Marfuji Mohon Tunggu... Administrasi - Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Sesantai gambarnya...\r\n\r\n@dwimarfuji

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika 4x6 Jadi Seleb Dadakan

25 September 2014   00:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14115535321560585327

Dua hari terakhir pembahasan seputar 4x6 menjadi heboh. Saya sendiri sebenarnya tak tertarik pada awalnya, namun karena banyak sekali tulisan tiap jam yang terposting membahas itu, kini saya juga tersetrum.

Disini saya tak akan membahas  4x6 itu bisa 4+4+4+4+4+4 atau harus jawaban 24 langsung, bagi saya itu hanya perbedaan sederhana dan jujur tiap kali saya kasih tambahan pelajaran pada anak-anak waktu les, saya memberikan yang paling mudah mereka gunakan.

Usut punya usut, ini semua bermula dari akun FB M.Erfas Maulana,seorang Mahsaiswa Teknik UNDIP yang membantu adiknya mengerjakan PR, ia terkejut karena ia awalnya optimis PR adiknya bener semua namun ternyata nilai merah yang didapat. 4+4+4+4+4+4=4x6=24 disalahkan . Guru nya menyampaikan kalo 4x6=24. Foto itu menuai beragam opini, masyarakat bawah hingga akdemisi bahkan fisikawan Yohanes Surya pun ikut menyampaikan opininya. Kini kita hanya bisa berkata, Sungguh 4x6 kini naik daun.

Namun, sungguh disayangkan jika anak usia kelas 2 SD sudah harus ikut mengotak-atik soal logika. Meskipun itu perlu namun ada baiknya dilaksanakan pada waktunya. Anak usia kelas 2SD di Indonesia kalau di Jepang malah masih dalam usia bermain, Namun bukan berarti Jepang tertinggal dari Indonesia, buktinya anda bisa melihat sendiri seperti apa SDM Jepang. Sudah?Kita lanjut...

Akhir kisah Ervas, si pelopor obrolan 4x6 meminta maaf pada guru kelas 2(guru adiknya). Saya tak tau apa yang membuatnya berbesar hati melakukan itu, namun saya sangat kagum dengan yang ia lakukan. Ia sedikitpun tak tercoreng meskipun ia minta maaf terlebih dahulu. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru (red.dipatuhi dan diikuti) sehingga jika ingin muridnya belajar rajin maka guru pun harus belajar pula, tidak boleh tidak. Seorang guru tak layak masuk kedalam kelas untuk mengajar jika ia tak mau belajar. Tak cukup hanya ilmu yang didapat beliau saat kuliah saja, seorang guru harus mengikuti perkembangan keilmuan dan kemajuan zaman. Apa jadinya jika guru mengajarkan sesuatu yang basi, tak sesuai zaman dan bahkan tak bisa dimanfaatkan didunia nyata? Namun Walau bagaimanapun juga, guru adalah

[caption id="attachment_325394" align="aligncenter" width="162" caption="4x6 tidak sama 4+4+4+4++4"][/caption]

orang yang harus dihormati, ia adalah orang yang rela menghabiskan waktunya untuk mengajar dan membimbing kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun