Entah kenapa ya. Beberapa hari ini saya  jadi sering menulis kisah-kisah yang saya alami di masa lalu ? Apakah ini memang kodrat orang yang sudah menua ya ? Sukanya menggali memori dari masa muda jaman dulu ?.
Ada motivator yang bilang, "Ciri-ciri orang muda selalu berpikir dan menulis untuk masa depan. Ciri-ciri orang tua, selalu berpikir dan menulis untuk masa lalu". Berarti saya memang tua ya. Ok baiklah bila demikian.Â
Kali ini saya ingin bercerita sepotong kisah di jaman saya berkelana di dunia Pramuka puluhan tahun lalu. Ini adalah masa ketika saya baru kuliah dan bergabung di sebuah racana pandega. Namanya Racana Kalpavriksha di kampus UI, Depok. Suatu waktu saya diajak kakak-kakak senior untuk menemui salah seorang Majelis Pembimbing Gugusdepan kami yang sudah sepuh di rumah beliau.Â
Nama pembina ini sudah sangat dikenal di dunia Pramuka, beliau adalah kak Husein Mutahar. Saya sudah tahu nama ini, ketika sekolah di SD saya menghapal bahwa pencipta lagu Syukur adalah HS Mutahar. Inilah beliau, yang menjadi salah satu Mabigus kami sekarang.
Walaupun saya kuliah di Fakultas Teknik, tapi semasa kecil dulu suka sekali membaca buku-buku yang dimiliki ayah tentang profil Presiden Soekarno. Nah, kak HS Mutahar ini saya baca pernah menjadi protokol Istana Negara. Pernah jadi duta besar di Vatikan. Dan juga beliaulah yang menciptakan Formasi 17, Formasi 8 dan Formasi 45 untuk Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Dan malam ini saya baru tahu juga bahwa beliau juga adalah sesepuh yang sangat dihormati di dunia Kepramukaan.
Kakak senior saya, kak Bambang, bertanya kepada kak Mutahar. "Kak, ini kami datang untuk memohon kak Mutahar menjadi pembicara dalam acara Pramuka di UI. Nama acaranya Arena Kalpavriksha. Semoga kakak berkenan datang dan bicara di depan pandega-pandega yang hadir nanti".
"Waduh, aku bicara apa ya nanti ?", kak Mutahar tersenyum sambil memikirkan rencana seminarnya. "Aku bicara tentang Pramuka di masa lalu ya, ketika puluhan organisasi Kepanduan melebur menjadi Gerakan Pramuka. Tentang Penegak di jaman dulu". Maka kak Mutahar mulai mendetilkan beberapa point-point yang akan menjadi pembahasan nanti di seminar.
Aku yang terhitung junior di antara kakak-kakak Pandega yang hadir, hanya bisa mendengarkan kisah sejarah yang dijabarkan oleh kak Mutahar, salah satu pelaku sejarah itu sendiri.Â