Contoh toilet berbayar di kota Oslo.
Pagi ini saya membaca berita tentang pemerintah Kamboja membangun toilet senilai setengah miliar rupiah untuk menyambut kunjungan Putri Maha Cakri Sirindhorn dari Thailand. Yang ironisnya tidak digunakan sama sekali oleh sang putri. Beritanya ada disini. Setelah membaca berita ini, tebersit ide menulis untuk dituangkan di Kompasiana tercinta.
Buat warga Jakarta, yang sedang kebelet pipis atau BAB di tengah jalan, apa yang harus Anda lakukan? Sebagai penduduk Ibu Kota, Anda terbiasa mencari sebuah mall atau terminal. Dan di sana Anda akan bertanya di mana toilet terdekat. Atau alternatif lain, Anda mampir di sebuah rumah makan dan meminjam kamar kecilnya. Kalau di tengah perjalanan dengan mobil, Anda akan berhenti di SPBU terdekat. Pasti ada toilet di lingkungan SPBU.
Tapi bagaimana dengan turis asing yang sedang berjalan-jalan menikmati Ibu Kota? Mereka tidak semudah Anda bertanya ke sana-kemari. Dan parahnya Ibu Kota Jakarta memang kekurangan fasilitas yang penting ini: toilet berbayar.
Saya memang tidak terlalu sering bepergian ke luar negeri. Kalau ke luar negeri, paling-paling jika ada tugas dari kantor. Namun, saya terkesan dengan fasilitas toilet-toilet berbayar yang disediakan di tempat umum di sana. Buat kami orang Asia yang kebelet pipis atau BAB di negeri asing, cari saja tempat toilet umum seperti gambar di bawah. Desain toiletnya manis dan tidak menyerupai WC-WC umum milik kita di Indonesia.
Ini fasilitas toilet berbayar di Toronto
Tampak dalam sebuah toilet berbayar
Saya teringat tenaga penjaga parkir Ibu Kota yang mengawasi meteran parkir Ibu Kota, bisa digaji di atas UMR. Nah tenaga toilet yang mengawasi beberapa toilet di satu kawasan tentunya bisa juga diupah setara UMR. Satu penjaga bisa berputar dengan sepeda mengawasi toilet-toilet berbayar yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk pembayaran penggunaan toilet, bisa dengan uang receh atau memakai kartu e-Payment (Flazz, e-Money, dll).
Yang simple ini kayaknya cocok untuk Jakarta ?