Tahun 1999 perusahaan mengutus saya untuk pergi sendiri menghadiri sebuah seminar teknologi di kota Paris. Sesampai disana, hanya ada 3 orang pria yang berasal dari Asia. Â Saya sendiri, satu orang dari China dan satu lagi dari Taiwan.
Karena merasa berasal dari negeri Timur yang jauh, maka kami sering duduk berdekatan sambil mengobrol. Mereka berdua yang kebetulan berbahasa sama, dengan leluasa berbicara akrab. Saya hanya kadang-kadang menyela dengan bahasa Inggris ala kadarnya. Suatu siang, ada jam istirahat kosong yang dapat dimanfaatkan untuk jalan-jalan.
Karena kami bertiga adalah orang udik di negeri barat itu, banyak masalah yang kami temui - seperti masalah makanan. Bingung. Mau makan di mana ya ? Restoran apa yang cocok dengan perut kami bertiga ?.
Satu hari saya mengusulkan mencari Restoran China di Paris dan memesan makanan bernama Cap Cay. Siapa yang tidak tahu makanan Cap Cay ? Begitu pikir saya. Itu kan makanan China yang terkenal di Indonesia. Maka saya usulkan makan Cap Cay di Restoran China terdekat.
Kedua orang itu melongo. Apa itu Cap Cay ?, demikian tanya mereka. Lha, saya jadi heran. Gimana nih orang ? Masak Cap Cay saja tidak tahu ?. Bukannya itu harusnya makanan kebangsaan mereka di China dan Taiwan ?. Saya ingat, istilah Cap Cay itu kalau tidak salah berarti makanan yang berasal dari 9 sayuran. Â Maka saya jelaskan bagaimana Cap Cay dan cara pembuatannya yang saya kenal di Indonesia. Barangkali di China atau Taiwan namanya agak beda.
Eh, ternyata setelah dijelaskan setengah jam keduanya tetap menggelengkan kepala. Astaga, akhirnya saya menyerah dan kami mencari makanan yang lain saja. Barulah setelah tiba di Indonesia, saya diberi pengertian oleh teman-teman Chinesse bahwa Cap Cay bukan diciptakan dari negeri China sana. Bisa jadi makanan ini istilahnya berbahasa China, tapi diciptakan oleh saudara-saudara Chinesse di Indonesia sendiri. Oooh,...begitu ceritanya. Hihihi. Pantesan teman-teman saya itu melongo mendengar Cap Cay. Ternyata itu bukan makanan negeri China.
Jadi malu. Sudah ngotot, ternyata saya yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H