Oleh: Dwi Lestari Wiyono
Ini tentang Kisah yang sedang berkisah dengan paman Mentari menjelang malam tiba. Sederhananya Kisah sengaja memilih waktu menjelang malam karena ia tak ingin menganggu pekerjaan paman tercinta - paman Mentari yang sedang berbagi kehangatan pada dunia.
"Paman bolehkah aku memulai kisahku," seru Kisah mengawali percakapan.
"Silakan Kisah paman akan dengan senang hati mendengar kisahmu," jawab paman Mentari diiringi senyuman menentramkan hati.Â
Kisah pun mulai berkisah. Kisah ini bermula beberapa tahun lalu. Saat wabah panjang belum menyerang negeri ini. Dikisahkan Kisah yang dulu adalah pribadi polos, cenderung menerima dan mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya. Hingga di suatu waktu sebuah peristiwa menyentak menyadarkan dirinya bahwa diam tidak selamanya dapat dibenarkan. Diam tak selamanya berbuah emas.Â
"Mengapa aku harus diam."Â
"Mengapa aku harus mengalah, menahan diri."Â
"Tidak bisakah aku bersuara menyuarakan diriku."Â
Kisah berbicara dengan nada berapi-api. Sesekali nada intonasi nada suaranya berubah, bergetar menahan luka, sakit pada diri.
"Tahukah paman ...."Â
"Apa tindakanku salah? Apa ucapku salah paman? Rasanya ini tidak dapat dibenarkan. Ini tidak adil."Â
"Ini tidak adil paman. Aku dibedakan."Â
Paman Mentari sontak memeluk Kisah seraya menepuk lembut bahunya.Â
"Tahukah kau Kisah. Kisah punya hak untuk berkisah. Kisah juga punya hak apabila Kisah tidak ingin dunia tahu tentang kisah dari seorang Kisah."Â
"Anak masa kini kalau mendengar kisah dari Kisah akan berkata, gwenchana ... gwenchanayo diiringi lagu galau nan mendayu. Tapi Kisah tahu `kan selera musik paman, musik rock n roll dengan sentuhan blues."Â
Seulas senyum mengembang tampak dari wajah Kisah.
"Semangat Kisah. Bersemangatlah paman Mentari akan selalu ada untukmu."Â
"Dan jangan kau lupa Kisah di luar sana ada banyak orang mungkin puluhan, ribuan atau bahkan jutaan orang yang punya kisah, luka yang sama namun dengan kapasitas berbeda."Â
"Tersenyumlah karena masih ada hari esok yang akan meraihmu, mendekapmu lebih erat dari hari sebelumnya. Paman berjanji."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H