Mohon tunggu...
Dwi Lestari Wiyono
Dwi Lestari Wiyono Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja di industri Food and Beverage yang menyukai dunia kepenulisan

Dwi Lestari atau Dwi Lestari Wiyono adalah seorang Pekerja - Penulis – Sajak – Cerita, serta menjadi bagian dari NaDi Collection Series @nadicollectionseries (instagram akun) sebuah seni dalam tumbler. Dwi pun bisa dijumpai: Facebook : Dwi Lestari Wiyono (Dwi) Instagram: @dwilestariwiyono

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Kotak II

15 Juni 2023   21:00 Diperbarui: 21 Juni 2023   20:16 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Dwi Lestari Wiyono
 
Abad pertengahan, tahun masehi
Dunia belum tercipta ketika napasku bernapas untuk pertama kalinya
Abad pertengahan, tahun masehi
Aku tak mengerti entah sampai kapan aku harus menunggu petunjuk Dewata, Tuhanku tak berbatas, Tuhanku banyak dalam berbagai penyebutan, aku ... orang yang berdosa (mungkin) karena aku menyebut nama Tuhanku dalam berbagai nama, oh ... Dewa sampai kapan aku harus menunggu, malaikat tak kuizinkan menjemputku lebih awal sebelum masaku berakhir
Aku manusia abadi yang menukar keabadianku untuk sesuatu yang pasti
Malaikatku pasti tersenyum mendengarnya, tapi yang kuinginkan bukanlah dirinya aku menginginkan iblis sebagai pendampingku, entahlah yang pasti aku harus menemukan iblis yang berjodoh denganku, iblis putih yang bernapaskan cahaya
Aku tahu kau berada sangatttt ... jauh, aku tahu karena hatiku merasakan kegamangannya
Ingatkah dirimu tentang diriku yang ingin membuktikan kebenarannya dengan menukarnya seharga nyawa
Ingatkah dirimu tentang diriku yang berkoar rela mati di tempat demi membuktikan bahwa kau benar-benar nyata dan ada
Bangsal putih tak kudiami, aku sehat, berpikiran jernih, dan waras, jadi bersiaplah siapkan amunisi terbaikmu saat berhadapan denganku
Aku tak mudah untuk kau tebak.
 
Serdadu-serdadu mungil keluar dari sarangnya,
Lapor komandan strategi apakah yang harus kita siapkan? Bertempur? Atau menyerang?
Bukankah kedua-duanya tak ada bedanya
Komandan melepaskan cerutu yang berada dalam genggamannya,
Ini saatnya bagiku menampakan diri ke permukaan, ini saatnya bagiku untuk menunjukan identitas asliku padanya, serdadu mungilku menungguku aku bisa merasakannya, prajuriittt ... persiapkan alat tempurku kita berangkat!
 
Mahoni dan cendana
Kapur barus dan wewangian alami buatan ibu, bila keduanya digabungkan pantaskah?
Meronanya Isadora Duncan kala menari
Piawainya mozart dalam membuat sebuah gubahan
Ini lagu bukan instrumen
Ini dansa bukan tarian eksotik di kala senja menjemput
Permintaanku tak banyak karena pematik klasikku pun jumlahnya terbatas
Ibu lilin ini masih menyala itu berarti harapan masih tetap ada
Ibu lilin ini masih menyala itu berarti iblis putih akan benar-benar datang menemuiku dengan taringnya yang menawan
Ibu iblis putih mengirimkan pesannya padaku melalui angin ia berkata,
... ...
... ...
Sebait puisi tak akan cukup untuk menggambarkan perasaanku padanya
Sebait puisi dan sepenggal nada mungkin cukup bila kau memaksakannya
Aku ada tanpa kau sadari
Aku (masih) bernapas meskipun dirimu tidak mengetahui wujudku yang sebenarnya
Aku masih memakai identitas semuku karena aku takut bila hatiku berdusta padaku
Jangan pandangi aku dari jauh
Pandangi aku dari dekat, dari balik dinding hatimu yang diukir bintang dalam gugusannya
Rasi bintang tidak berdusta ia hanya memberi petunjuk tentang keberadaanku
Tataplah langit kala malam menjemput rasi bintang biduk berkata,
Gubuk penceng ...
...
...
 

(2017/2023)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun