Oleh: Dwi Lestari Wiyono
Bukan aku yang mengundangmu. Bukan aku pula yang memanggilmu dengan nyanyian sumbangku. Aku tak pernah menduga. Aku pun tak pernah menyangka seseorang pada akhirnya akan menjawab panggilanku. Ya, itu kau bukan? Seseorang yang kumaksud. Seseorang itu. Tapi apakah kau tahu bila waktu berperan besar atas pertemuan kita. Apakah kau tahu bila waktu telah sengaja memilihkanmu untukku. Pepatah lama bercerita tidak akan ada asap tanpa adanya api. Bersabarlah ... aku akan membuka kartuku perlahan. Aku akan bertanya satu pertanyaan padamu secara pribadi. Apakah kau siap bila suatu hari nanti berhadapan, bertatap muka langsung dengan kegelapan yang kau idamkan?
***
"Ada apa Milenia? Apa yang kau pikirkan?"
"Emm ... tidak apa-apa guru, aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu guru khawatirkan mengenai diriku."
"Kalau boleh tahu Milenia sejauh mana perkembangan kesehatan pasienmu?"
"Pasien yang mana ya guru?"
"Itu pasienmu yang kerap berbicara sendiri. Pasien antik dari masa lampau. Kasatria yang pikirannya selalu terpecah. Apa itu istilahnya halusinasi? Delusi? Skizofrenia ...?"
"Oh pasien yang itu guru, ia baik-baik saja perkembangannya menuju arah yang positif. Aku melakukan pendekatan secara psikologis mengingat ia beserta keluarga terdekatnya berlatarkan dunia akademis."
"Kita tidak bisa melakukan pendekatan secara non medis mengingat mereka menganut paham logika sejati, mereka amat logis guru, amat sulit untuk menjelaskan pada mereka bahwa ini bukanlah perkara biasa."
"Tapi untunglah guru puji syukur aku bertemu dengan salah satu anggota keluarganya yang mengerti dan paham bahwa ini bukan perkara biasa, ada faktor lain bermain dibelakangnya."
"Maksudmu non medis? Bertalian dengan hal magis?"