Umat Islam di Indonesia, khususnya kaum muda, mulai lupa betapa pesan Islam dimulai dengan sebuah buku "Al Qur'an. Sebuah buku yang mengandung visi moral dan kebaikan yang luar biasa, dari situlah peradaban Islam mulai bergulir dengan pesatnya, terutama pada ranah ilmu pengetahuan. Dari cahaya teks itu, juga para ulama dahulu berjuang menegakan kebenaran pengetahuan, melalui jalan yang berliku dan penuh duri, dan tidak terpuruk dalam nalar dogmatik, sikap apologetis, atau filopsisme yang egois seperti sekarang.
Oleh karena itu, buku dan Ilmu pengetahuan tidaklah terpisahkan satu sama lain. Buku menjadi sarana dalam mentransformasikan ide-ide atau gagasan-gagasan pada era dahulu dan di jaga gagasan tersebut dan disampaikan pada generasi sekarang. Sehingga, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan mewujudkan peradaban manusia yang lebih maju lagi, terutama peradaban yang di dasarkan pada ranah ilmu pengetahuan.
Namun, dalam era sekarang, kaum muslimin terpangkas dari tradisi intelektual mereka, dan konsekuensinya, kaum muslimin kehilangan etos seakan ilmu pengetahuan maupun landasan moral dan intelektual mereka. Hal semacam ini tentunya tidak selaras dengan apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan hadist. Ketika, dua patokan umat Islam ini dijalankan, peradaban dunia sungguh memangdang luar biasa peradaban Islam, peradaban yang lahir karena ilmu pengetahuan. Namun, seperti yang di ungkapkan di atas, sekarang umat Islam lupa akan apa yang pernah di lakukanya pada masa lampau.
Lalu, bagaimana kita menyikapi hal ini ?
Ketika muncul pertanyaan tersebut, penulis teringat dengan tulisan seorang tokoh muslimin, seorang fakih dan teolog muslim, Imam al-Juwayani (w. 478H./1085 m.) pernah menulis bahwa, syarat mencari ilmu pengetahuan adalah kecerdasan, ketekunan, sabar atas kemlaratan, petunjuk guru, bekal selama berkelana di negeri asing, dan keterikatan pada waktu yang lama. selain itu, ada juga ungkapan "mencari ilmu harus dengan upaya nalar yang keras serta perjuangan yang sulit dan lama". Dari dua pernyataan tersebut, mencerminkan sebuah etos terhadap ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, penulis berdo'a, semoga fase pada era sekarang adalah fase selintas dalam sejarah Islam, dan semoga kaum muslim akan mendapatkan kembali gairah intelektual dan cahaya pencerahan mereka.
SUMBER : http://goresanpenahukum.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H