Perkembangan industri media tidak terlepas dari yang namanya perkembangan teknologi komunikasi, karena dalam menghasilkan produk media tersebut menggunakan alat komunikasi dalam prosesnya.
Produk media seperti contohnya berita merupakan salah satu produk media yang menggunakan teknologi komunikasi. Hal ini juga membawa suasana baru pada proses produksi media yang berkecimpung di bidang jurnalistik.
Terlebih lagi diperkuat dengan perkembangan jaringan internet sebagai teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan jurnalis, dimana pada saat ini ditunjang oleh teknologi komunikasi yang kini berbicara tentang pemrograman yang memanipulasi algoritma sehingga terjadi proses otomasi.
Era digital yang kita saksikan saat ini merupakan perkembangan jaringan internet yang terdiri dari akumulasi software dan hardware sebagai penunjang teknologi untuk praktik komunikasi dalam jurnalistik.
Mengingat sektor media yang menguasai proses jurnalistik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses komunikasi massa. Jurnalisme pertama kali diperkenalkan melalui teknologi media cetak, kemudian radio dan televisi, dan akhirnya teknologi jaringan.
Kecerdasan buatan atau yang kita kenal dengan nama Artificial intellegence (AI) merupakan isu yang sering dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Secara sederhana, kecerdasan buatan dapat dipahami sebagai kecerdasan robot atau mesin otomatis, seperti yang digunakan pada perangkat elektronik yang kita gunakan sehari-hari (dicoding, 2020).
Beberapa orang khawatir dengan munculnya kecerdasan buatan di dunia kerja. Hal ini tidak terlepas dari ketakutan sebagian orang bahwa manusia akan kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh robot. Kekhawatiran ini juga ada di industri media. Transformasi media digital yang cepat menjadi latar belakang ketakutan ini.
Artificial Intelegence (AI) dan robotika atau yang kita kenal sebagai kecerdasan buatan adalah isu global yang akan berdampak pada kehidupan manusia di masa depan, meskipun menawarkan harapan pekerjaan dan peluang bisnis baru belum tentu mengarah pada masa depan yang cerah bagi pekerjaan manusia (Kompasiana, 2019).
Media online yang mengandalkan manusia dalam proses kerjanya akan merasakan dampak yang signifikan, terutama jumlah data yang nantinya akan dijadikan sebagai basis kerja AI di dunia digital (Haryoputro dkk, 2015).
Saat ini, ruang redaksi media konvensional sudah akrab dengan proses pengumpulan berita, produksi dan distribusi berita. Aktivitas tersebut semuanya dilakukan oleh manusia. Kehadiran AI atau kecerdasan buatan dalam proses tersebut memungkinkan terjadinya perubahan dengan mengganti perannya dari segi fungsionalitas.
AI mampu mengembangkan gaya jurnalisme baru yang menuntut para pembaca agar dapat memahami teks konten tanpa menafsirkan informasi. Keberadaan AI yang berfungsi seperti editor menempatkan status beberapa editor dan radakur dalam bahaya.