Mohon tunggu...
Dwik Prasetyanti
Dwik Prasetyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selain menulis, hobi saya adalah berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brahmavidya: Ketuhanan dalam Agama Hindu

14 Maret 2023   11:00 Diperbarui: 14 Maret 2023   10:59 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sila pertama pancasila menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang mewajibkan penduduknya untuk menganut suatu agama. Agama Hindu merupakan salah satu dari sekian agama yang ada di Indonesia. Pengetahuan tentang ketuhanan merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat beragama yang memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Mempelajari makna ketuhanan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya dapat dimulai dengan mempelajari kitab suci masing-masing agama yang dianut. Seperti yang kita ketahui bahwa kitab suci Agama Hindu adalah kitab suci Veda. Kitab suci Veda baik itu Veda Sruti maupun Veda Smerti merupakan sumber utama ajaran Agama Hindu yang dijadikan pedoman oleh seluruh umat Hindu untuk mempelajari lebih dalam tentang ketuhanan.

Sebelumnya, kita telah mengenal istilah theologi yang berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu theos dan logos. Theos memiliki arti Tuhan dan logos yang berarti pengetahuan sehingga theologi memiliki arti pengetahuan tentang Tuhan. Istilah ini memiliki makna yang sama dengan Brahmavidya. Secara etimologi, kata Brahmavidya terdiri dari dua kata yaitu kata Brahma yang berarti Tuhan dan kata Vidya yang berarti pengetahuan. Oleh karena itu, Brahmavidya dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang Tuhan. Pada Brahmavidya nantinya akan membahas lebih dalam mengenai ketuhanan dalam Agama Hindu.

Pemahaman tentang Tuhan seperti yang diungkapkan dalam Brahma sutra I 1.1, merupakan kewajiban yang sangat penting untuk dilakukan karena dengan mengenal Tuhan secara tepat dan baik maka akan mengantarkan manusia kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa atau nirwana. Tak hanya itu, surga dan neraka, moksa dan samsara memiliki arti dan hubungan yang sangat erat dengan ajaran ketuhanan, baik dalam penghayatan maupun dalam pengamalannya. Tuhan adalah sesuatu yang tidak terbatas dan serba mutlak sehingga sesungguhnya tidak mungkin untuk didefinisikan karena akan memberikan batasan pemahaman. Pada hakekatnya, kitab suci Veda mengajarkn bahwa Tuhan itu Maha Esa, namun Yang Maha Esa itu dikenal dengan banyak nama dewa-dewa.

Agama Hindu pada dasarnya menganut paham monoteisme, yaitu mengakui satu Tuhan Yang Esa. Dalam Veda dijelaskan bahwa "Ekam Sat Vipra Bahuda Vadanti" yang bila diterjemahkan memiliki arti "Tuhan itu satu, tapi orang yang bijaksana menyebut-Nya dalam berbagai nama". Keyakinan akan ke-Esa-an Tuhan dalam Upanisad dapat dipahami dengan dua sudut pandang, yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman. Nirguna Brahman disebut juga sebagai Para Brahman atau Braman yang tertinggi, bebas dari guna atau segala bentuk aktivitas. Ia berada diluar jangkauan pikir manusia karenanya disebut Brahman yang tanseden. Sedangkan Saguna Brahman adalah Brahman yang sudah terkena pengaruh maya, berwujud, berkepribadian, dan disimbolkan dengan berbagai atribut yang satu sama lain kadang-kadang berbeda sehingga mengesankan Tuhan itu bersifat jamak.

Tuhan yang satu kemudian dikembangkan ke dalam tiga wujud manifestasi yang memiliki fungsi berbeda yang dikenal dengan sebutan Tri Murti. Tri murti dapat diartikan sebagai tiga kekuatan Tuhan/Brahman yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Siwa sebagai pelebur. Ketiga Dewa Tri Murti ini disimbolkan dan dipuja di masing-masing pura yang berbeda. Dewa Brahma dipuja di Pura Desa, Dewa Wisnu dipuja di Pura Puseh dan Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem. Kemudian, Tuhan Yang Esa juga dimanifestasikan sebagai penguasa empat penjuru mata angin dan satu di tengah sebagai pusat. Di arah timur Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara, warnanya putih; di arah selatan dimanifestasikan dengan Dewa Brahma, warnanya merah; di arah barat dengan Dewa Mahadewa, warnanya kuning; diarah utara dimanifestasikan dengan Dewa Wisnu, warnanya hitam; dan di tengah-tengah dimanifestasikan  dengan Dewa Siwa dengan warna campuran (brumbun).

Uraian diatas merupakan dua contoh bentuk manifestasi Tuhan dalam tugas dan fungsi yang berbeda dari sekian banyak bentuk manifestasi-Nya. Meskipun memiliki penyebutan nama yang berbeda pada setiap bentuk manifestasinya, umat Hindu khususnya di Bali, tetap mempercayai adanya satu Tuhan yang disebut dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pusat dari segala bentuk manifestasinya. Sang Hyang Widhi merupakan penguasa di alam semesta dalam Weda dikatakan "Ekam Eva Adwityam Brahman" yang artinya hanya satu Tuhan tidak ada yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Hindu memegang paham monoteisme yaitu kepercayaan bahwa Tuhan hanya satu dan berkuasa penuh atas segala sesuatu.

Selain mempercayai adanya satu Tuhan, umat Hindu juga mempercayai bahwa Tuhan ada dimana-mana yang dikenal dengan paham pantheisme. Dalam Kitab Upanisad, Tuhan diyakini tidak memiliki bentuk maupun tempat tinggal tertentu, melainkan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya dan terdapat dalam benda apapun. Tuhan bersifat Wyapi Wyapaka yang memiliki arti selalu ada di mana-mana. Keberadaan Tuhan juga diyakini ada pada setiap makhluk ciptaannya yang dikenal dengan istilah Atman. Atman adalah jiwa atau roh yang terdapat dalam tubuh kasar semua makhluk yang memberikan kehidupan bagi makhluk tersebut.

Agama Hindu memiliki lima dasar keyakinan yang disebut dengan Panca Sradha. Kelima keyakinan ini antara lain, percaya akan adanya Tuhan, percaya akan adanya Atman, percaya akan adanya Hukum Karma, percaya akan adanya Punarbhawa (kelahiran kembali) dan percaya akan adanya Moksa (bersatunya Atman dengan Brahman). Setiap agama tentunya memiliki dasar keyakinan masing-masing yang menjadi landasan pokok dalam beragama. Oleh karena itu, setiap umat beragama wajib untuk memahami dan menerapkan kepercayan-kepercayaan tersebut. Dengan berhasil melaksanakan seluruh kepercayaan tersebut, umat Hindu diyakini akan bisa mencapai tujuan akhir dari kehidupan yaitu mencapai moksa dimana Atman pada diri manusia menyatu dengan Brahman atau Sang Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun