Mohon tunggu...
Dwikorahardo Histiajid
Dwikorahardo Histiajid Mohon Tunggu... profesional -

Saya bukan orang pintar dan bukanlah seorang penulis, Saya bukan sarjana. Namun ijinkanlah saya untuk belajar menulis. Saya adalah Senior Art Director di sebuah perusahaan EO, sebelumnya di Advertising Agency dan Food Supplement. Sebelumnya juga pernah sebagai editor di pets magazine, marketing dan trader perdagangan berjangka, di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Stopping Here!

6 April 2011   06:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Alkisah ada seorang turis back packer bule Amerika yang sedang berwisata ke Jakarta. Dia sama-sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, namun nekad pergi keliling Jakarta sendirian dengan naik bis kota. Soal hambatan komunikasi dengan orang-orang nantinya, dia tidak begitu kuatir. Yaahhh…, separah-parahnya nanti juga bisa menggunakan bahasa Tarzan.

Namanya juga turis back packer, perjalanan dan tujuan wisatanya tidak harus sesuai dengan guide catalogue apalagi tourism package program lengkap dengan tourist guide-nya. Biar lebih bebas main kesana-kesininya. Jika menemui sesuatu yang menarik, dia bisa langsung bebas menghampirinya.

Suatu hari, si Mr. Bule sedang naik Bis PPD jurusan Kota – Blok M. Beruntunglah dia, karena tumben hari ini bis tidak begitu penuh penumpangnya, sehingga si Mr. Bule mendapatkan bangku dan duduk di tempat paling depan. Biasanya bis sampai ‘jackpot’ memuntahkan penumpangnya, tidak muat karena saking penuhnya, sampai-sampai pengamen maniak pun gerah untuk memaksakan diri masuk. Kalau sudah begitu keadaannya, para penumpang pun sudah tidak peduli dan terpikir lagi soal mempertahankan kerapihan, aroma tubuh, hawa mulut dan hak akan kenyamanan. Paling-paling harus menjaga diri dari aksi copet, pelecehan seksual dan hilangnya uang kembalian ongkos naik bis dari kelupaan atau kepura-pura lupaanya si kenek bis saja.

Ketika bis sampai di BII Tower lewat sedikit, dari kejauhan si Mr. Bule melihat sesuatu yang menarik di bunderan Hotel Indonesia. Kerumunan orang yang sedang berteriak-teriak, dengan beberapa orang menggunakan toa. Oh… ternyata ada demo rupanya! Segera dia mengeluarkan kekeran / teropongnya untuk bisa melihat lebih jelas, sedang ada apa disana? Dia langsung terkesima dan takjub, terlebih lagi dia melihat poster kepala negaranya turut di arak-arak sambil ditulis-tulisi bersama dengan poster kepala Negara kita dan juga poster-poster tokoh politikus dalam negeri. Langsung saja dia berdiri menghampiri si supir bis dan berkata;

“Hey driver, drop me on there! Okay?” Katanya sambil menunjuk halte terdekat di depan hotel Nikko.

Si supir tidak menjawab, hanya bengong-bengong saja setelah menoleh kearah si Mr. Bule. Si supir bingung mesti jawab apa? Karena dia sama-sekali tidak bisa bahasa Inggris sedikitpun! Pokoknya nggak ngerti deh, selain kata “I Love You”. Para penumpang pun acuh saja sambil senyum-senyum melihat hiburan ini. Masa’ iya sih penumpang segitu banyak, nggak ada satu pun yang bisa bahasa Inggris, terus menolong si Mr. Bule dan si supir? Nggak mungkin nggak ada. Sepertinya mereka sengaja membiarkan si Mr. Bule dan si supir kebingungan. Mungkin sekedar iseng dan ingin tahu saja, seperti apa sih kalau bule yang tidak mengerti bahasa Indonesia berusaha ngomong dengan orang kita?

Si Mr. Bule berkata lagi kepada si supir karena sudah melewati halte hotel Nikko. Karena di halte tersebut, ternyata penumpang juga tidak ada yang turun.

“Guys, drop me please! I wanna see what happen on there!”

Masih sama saja, si supir makin tidak mengerti apa maunya si bule ini? Bis melaju terus. Si Mr. Bule bertambah gelisah. Akhirnya pas di halte Batusari, si Mr. Bule pun berteriak;

“Stopping Here…!!!”

Si supir pun segera tanggap dan mengerti apa yang diteriakkan si Mr. Bule. Dia pun menghentikan bis di depan halte tersebut, dan si Mr. Bule pun turun sambil menarik nafas lega.

Para penumpang jadi terheran-heran. Si supir kan tidak bisa bahasa Inggris? Lho kok sekarang dia jadi mengerti teriakan si Mr. Bule tadi dan bis langsung berhenti? Salah seorang penumpang yang penasaran menanyakan kepada si supir;

“Pak, dari tadi saya perhatikan bapak tidak mengerti kata-kata si bule tadi untuk minta turun dari tadi, kok sekarang bapak mengerti dan menurunkan dia di halte tadi?”

Si supir pun menjawab;

“Iya memang saya tadi nggak ngerti dia itu ngomong apa? Kalau yang barusan saya ngerti, orang dia bilang; Stop pinggir!”

Para penumpang pun tertawa ngakak mendengar jawaban lugu si supir. Bagaimana tidak, coba dengarkan sekali lagi ucapan “Stopping here!”, akan terdengar sama dengan ucapan “Stop pinggir!”

Hahahaha…*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun