Mari mendongeng dan terus mendongengkan kisah-kisah yang baik dan hebat kepada adik-adik, anak-anak dan generasi penerus kita.
Kisah-kisah yang menginspirasi dan memberi semangat batiniah. Cerita tentang kepahlawanan. Tentang kedermawanan, tentang kepedulian, solidaritas dan keberanian dalam membela hak asasi manusia.
Agar apa? Supaya anak-anak kita tersebut punya memori dan kenangan yang baik, begitupun mengenali tentang  konsep bahwa sesuatu yang baik itu, jika dilakukan dengan baik, niscaya bisa membuahkan hasil yang baik.
Kita bisa membayangkan, bagaimana peristiwa hari ini, masih ada anak yang berlaku brutal, liar dan kejam. Tega menganiaya temannya sendiri. Tidak hanya membully, tapi menghajar tanpa ampun. Menginjak-injak, menempeleng, menendangi dan menganiaya sedemikian rupa, yang konon disebabkan cemburu, cewek yang ditaksir lebih tertarik kepada anak yang dihajar itu.
Lebih mirisnya lagi, banyak teman yang melihat peristiwa penganiayaan itu hanya diam saja. Bahkan ada yang menyoraki dan tepuk tangan. Ada apa dengan anak-anak kita itu?
Nah, dongeng-dongeng yang baik  bisa berfungsi menjadi alat kontrol pada pemikiran anak-anak itu. Jangan berlaku sebaliknya. Mestinya anak-anak itu membela temannya yang dianiaya seperti itu. Mestinya si anak itu berani melawan ketika sedang dianiaya.
Ini menjadi gambaran, bahwa dongeng bisa saja memberikan sugesti kepada pemikiran anak-anak. Untuk membela kebenaran. Berani bersikap dan tidak diam saja ketika terjadi ketidakadilan di sekitarnya.
Bahkan ingatan akan sebuah nilai-nilai moralitas dalam sebuah dongeng bisa menjadi warning atau peringatan. Kepada siapa saja yang jahat dan semena-mena. Siapapun itu akan menerima karma. Tidak saja dicap sebagai si jahat dan dikucilkan, tetapi juga bisa dipenjarakan.
Masih beruntung, karena jika tidak cepat tertangani secara hukum, tidak mustahil akan disatru masyarakat. Karena dianggap meresahkan dan menjadi penyakit dalam keberlangsungan hidup.
Mari menyayangi anak-anak kita agar tumbuh wajar. Memberikan ruang yang aman untuk bergaul dan mengisi memorinya dengan hal-hal yang baik dan positif. Tersebab anak-anak kita adalah aset yang berharga. Tidak saja aset bagi keluarga. Tetapi juga aset bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Jangan biarkan anak-anak kita tumbuh dan berkembang menjadi preman.
(Dwi Klik Santosa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H