Tim PKM-RSH Universitas Negeri Medan, Siti Aisyah (Ketua), Dwiki Li (Anggota), Perlita Herlina Siagian (Anggota), Juliana V. Malau (Anggota), Kariman Siregar (Anggota), dan Sri Yunita, S.Pd., M.Pd (Dosen Pendamping) melaksanakan penelitian terhadap salah satu hiburan yang paling digemari masyarakat di Serdang Berdagai.
Hiburan tersebut dinamai Keyboard sundelbolong yang merupakan hiburan bergenre komedi horor. Hiburan ini selalu hadir diberbagai acara, seperti pernikahan, sunatan, ulangtahun dan lainnya.
Eksistensi drama ini dalam menghibur masyarakat menciptakan berbagai anggapan terkait baik dan buruknya pertunjukkan tersebut.
Kedominanan sosok laki-laki yang kerap membawakan karakter wanita serta busana yang digunakannya menjadi salah satu anggapan buruk terkait sejatinya laki-laki, seperti yang tertulis di Hadist Bukhari no 5885 “Rasullullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”
“Peran keyboard sundel bolong hanya dimainkan oleh pria saja untuk mengurangi resiko fisik pada adegan berkelahi yang rentan terjadi cedera jika diperankan oleh kaum wanita.” Tutur seorang narasumber sekaligus pemeran dari drama sundelbolong (49).
Sejatinya pelakonan karakter hanya semata-mata untuk menghibur masyarakat meskipun terdapat sebagian pemain yang memang bertujuan mengaktualisasikan pribadinya sebagai seni.
“Ada beberapa tutur kata yang mungkin tidak sengaja dilontarkan serta adegan bertengkar yang secara tidak langsung tidak baik dicontoh oleh masyarakat khususnya anak-anak, namun hal tersebut untuk menghindarkan pertunjukkan dari kemotonan”.
Ungkapan dari narsumber tersebut memperlihatkan adanya kesadaran pemain agar lebih memperhatikan penggunaan bahasa yang positif namun tetap bisa menghibur masyarakat.
Berdasarkan anggapan-anggapan tersebut, masyarakat cenderung dikaburkan dengan nilai-nilai normative sehingga tidak dapat melihat kebaikan dari sebuah seni atau budaya. Padahal jika masyarakat mampu berpikir luas akan memperoleh nilai yang terkandung dari drama tersebut.
Sebagai seorang pemeran, diluar menyadari unsur negative yang ada, terdapat pula pesan atau nilai positif yang menjadi sasaran edukasi yang ia sampaikan pada penonton. “pesan moral dari drama keyboard sundelbolong ini menyadarkan kita manusia bahwa sifat iri, dengki dan sirik merupakan hal yang bisa membawa kita kedalam kebinasaan untuk itu bekerjalah agar kita mendapatkan hal yang kita inginkan.”
Ungkapan tersebut merupakan inti dari keseluruhan alur drama keyboard sundelbolong, dimana petunjukkan tidak hanya menunjukkan kejenakaannya tetapi nilai moral yang dapat diterapkan masyarakat di kehidupannya sehari-hari.
Adanya nilai moral yang terkandung pada hiburan tersebut membuat pertunjukkan ini tetap dibanjiri pesanan bahkan di masa pandemic. Pemeran juga mengatakan bahwa pertunjukan ini tetap menyelipkan nilai moral agar masyarakat tetap mematuhi protocol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H