Kerusuhan yang terjadi setelah pertandingan arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 di stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan lebih dari 100 orang merupakan tragedi yang begitu memilukan dan juga menjadi sejarah kelam dalam sepak bola indonesia.Â
Kejadian ini disebabkan oleh lemahnya manejemen pengendalian massa, buruknya prosedur keselamatan di stadion, dan tingginya rivalitas dalam sepak bola indonesia. Ketika olahraga yang harusnya jadi ajang untuk hiburan dan persatuan malah berubah menjadi pemicu kekerasan dan kehancuran.
Salah satu akar persoalan adalah pengolahan keamanan yang kurang baik. Penggunaan gas air mata di dalam stadion yang jelas jelas dilarang oleh FIFA, memperparah situasi. Kepanikan massa yang terjadi di area sempit dan pintu keluar yang tidak memadai menyebabkan banyak korban yang terinjak-injak dan sesak nafas. Insiden ini membuktikan keamanan stadion di Indonesia masih jauh dari kata ideal.Â
Rivalitas dalam suporter, khususnya dalam kasus Arema dan Persebaya juga menjadi faktor yang memperburuk suasana. Fanatisme yang berlebihan seringkali mengarahkan pada kekerasan fisik dan verbal. Rivalitas yang sehat seharusnya dapat dikelola tanpa melibatkan kekerasan fisik hingga kehilangan nyawa.Â
Pemerintah, Otoritas sepak bola, dan klub klub sepak bola harus belajar dari tragedi ini. Mereka harus bisa meningkatkan standar keamanan stadion, pelatihan terhadap aparat dalam menangani massa, dan edukasi kepada klub klub sepak bola tentang sportivitas dalam pertandingan adalah hal yang penting. Sepak bola harusnya jadi ajang untuk hiburan dan olahraga bukan menjadi medan pertempuran yang menelan korban jiwa.Â
Sebagai masyarakat, kita juga perlu memikirkan kembali bagaimana kita memaknai olahraga. Ketika kesetiaan klub berubah menjadi kebencian, dan dukungan berubah menjadi kehancuran, kita telah kehilangan arti dalam semangat olahraga itu sendiri. Tragedi kanjuruhan adalah peringatan keras bahwa perbaikan besar besaran diperlukan dalam dunia sepak bola agar kejadian di kanjuruhan tidak terulang lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H