Maaf, tidak ada maksud secuil pun terlintas pikiran untuk menyindir melalui tulisan ini. Fakta yang saya alami: dengan tinggi badan 163 cm, dan berat badan 50 kilogram, jelas saya kurang proporsional. Idealnya berat badan saya 55 kilogram. Kalau lebih dari itu ya saya sendiri pasti kerepotan.
Sejak SMA hingga detik ini, berat badan saya turun naik hanya setengah kilogram. Kalau turun berarti 49,5 kilogram, dan kalau naik 50,5 kilogram. Tidak pernah naik turunnya 1 kilogram. Berbagai cara telah saya lakukan agar mencapai berat badan ideal. Mulai dari proporsi makan ditambah, bahkan sebelum tidur malam, hingga minum jamu-jamu tradisional Jawa penambah nafsu makan.
Ngemil dengan makanan ringan semacam cracker, kue basah, kacang, roti bakar dan lain-lain juga hingga kini masih berlangsung. Hanya memang saya kurang suka dengan goreng-gorengan berlemak tinggi, salah satu contoh, fried chicken.
Sekalipun boleh dikatakan 1001 jalan menuju Roma eh gemuk telah ditempuh, dengan hasil kurang meyakinkan, tibalah saya pada perenungan mendalam bahwa memang bawaan dari sononya sudah begitu. Dari orang tua. Ibu saya kutilang (kurus tinggi langsing). Postur tubuh saya semacam ini, bagaimanapun layak disyukuri.
Di dunia modern saat ini, orang berlomba-lomba mencari kiat agar dapat menurunkan berat badannya. Lantaran itu, iklan-iklan di media massa tentang obat dan kiat serta alat perlengkapan penurun berat badan gencar ditayangkan. Saya sendiri malah kebalikannya. Berarti saya anomali.
Dengan postur sekarang ini, pernah saat Jakarta beberapa tahun silam diguncang gempa cukup keras, saya tengah berada di lantai 20 Gedung Nusantara I DPR-RI Senayan. Anggota DPR dan karyawan yang berada di dalam gedung berhamburan keluar melalui lift yang ada. Berdesak-desakan di dalam lift, saya bisa bermanuver turun hingga lantai dasar dengan tenang (sedikit panik) tanpa kesulitan. Beberapa menit sesudahnya, saya lihat seorang ibu (maaf) dengan berat badan gemuk bermandikan keringat, terkulai lemas, kemudian jatuh pingsan. :)
Saya juga bisa naik pagar di depan Gedung Komplek Parlemen Senayan dan keluar tanpa tersangkut, saat pintu gerbang digembok pengamanan dalam (pamdal) gedung tersebut tatkala ribuan buruh berdemontrasi. Dan... dengan postur tubuh seperti ini, saya telah berkali-kali mengejar-ngejar tikus yang masuk halaman rumah, menggebuknya pakai tongkat hingga si tikus mati terkapar (soalnya menyebalkan, buang kotoran di teras rumah). :)
Pendek kata, masih banyak lagi keuntungan yang saya peroleh dengan berat badan kurang ideal tersebut.
Namun demikian, lantaran masih menganggap berat badannya kurang ideal, sudilah kiranya pembaca meluangkan waktu memberi masukan 'cara jitu' agar berat badan saya bertambah. Berat badan berlebih (overweight), tentu saya tidak menginginkan. Pokoknya yang sedang-sedang sajalah....
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H