“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…” [caption id="attachment_6158" align="aligncenter" width="467" caption="Foto Sampul Kronologi Facebook Keren Cinta Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana"][/caption]
Setelah Anda membaca larik syair cinta "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono yang termaktub dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni di atas, apa arti puisi bagi hidup dan kehidupan kita?
Setiap orang niscaya memiliki jawaban dan penilaian berbeda. Tergantung pemahaman, daya kayal, dan suasana hati masing-masing. Di sini, saya akan meminjam pendapat Abdul Hadi W.M yang dengan memikat ia kemukakan dalam buku Proses Kreatif Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang, Jilid I, Kepustakaan Gramedia Populer (KPG), Juni 2009.
Menurut Abdul Hadi W.M, banyak pengertian bisa diberikan tentang apa sebenarnya arti puisi bagi hidup seseorang. Ia bisa merupakan sarana untuk mencari kebenaran atau memahami hidup. Ia juga bisa merupakan sarana ekspresi atau media untuk mewujudkan hidup, sesuatu yang hakiki bagi manusia.
"Di dalam puisi, sebagaimana di dalam ilmu dan seni yang lain, tercakup cita-cita manusia akan kebenaran, akan kehidupan. Ia juga bisa merupakan tanggapan terhadap hidup secara batiniah. Di dalamnya terkandung gagasan-gagasan, keyakinan si penyair, bentuk-bentuk perasaan yang sedang hidup dalam suatu masa, dan rekaman nilai-nilai kemanusiaan karena penyair lebih dari sekadar berpikir, tetapi juga merasakan dan menghayati hidup," katanya.
Selanjutnya dikatakan, menghadapi berbagai kenyataan hidup, misalnya, tak jarang kita dihadapkan pada pertanyaan, "Apakah hidup itu sebenarnya?" Namun yang lebih hakiki lagi untuk ditanyakan ialah, "Siapa aku sebenarnya?"
"Puisi bisa menjadi sarana ibadah, pernyataan baru, dan cinta yang mendalam dan personal," tandas Abdul Hadi W.M.
***
Akan halnya dengan Foto Sampul Kronologi Facebook Aku Ingin mencintaimu dengan Sederhana di bawah ini, saya maksudkan agar kita kembali ke jati diri, memahami dengan jelas dan jernih serta mendalam: siapa kita sebenarnya? Dalam puisi bertitel "Jangan Bertanya", penyair Sitor Situmorang dengan tepat melukiskan soal dimaksud. Berikut penggalan syairnya:
Manusia mengucap nama kita
Dengan air mata rindu gemas Ingin kita kembali dari seberang sana Atau kita hanya selintas kenangan sepotong nama bisu di atas secarik kertas Di sudut tercampak dan dilupakan Bilamana, hendak ke mana dan apa? Sinar bulan tak akan membuka Segala akan tetap tinggal rahasia Tangan ini hanya mencatat luka Cerita bintang dan bulan purnama. [caption id="attachment_6159" align="aligncenter" width="467" caption="Foto Sampul Kronologi Facebook Keren Cinta Akan Ke Manakah Angin"]