Spektakuler! Demikianlah kesan tepat untuk menggambarkan semarak pergelaran musik bertajuk Simfoni Semesta Raya dalam rangka peluncuran Kompas TV, Jumat (9/9/2001) malam, di Balai Sidang Jakarta (Jakarta Convention Center). Kesan spektakuler tersebut nampak dari segala sisi. Mulai dari seribu lebih undangan yang hadir memadati Plenary Hall, tata panggung dengan permainan dan siraman cahaya lampu warna-warni memukau, sebuah layar raksasa di belakang panggung dan dua layar lainnya di sisi kiri dan kanan tribun penonton dengan tampilan gambar dan scene kualitas tinggi, puluhan penyanyi dan musisi papan atas yang ditampilkan dengan vokal khas dan talenta masing-masing, penampilan para penari maupun sri panggung lainnya yang menggambarkan keanekaragaman budaya bangsa dan sebagainya. Tidak berlebihan bila pertunjukan musik selama kurang lebih tiga jam itu merupakan semangat Inspirasi Indonesia.
Semangat Inspirasi Indonesia yang menjadi semboyan Kompas TV di atas, dengan untaian kalimat indah digambarkan Presiden Komisaris Kompas Gramedia Jakob Oetama melalui tayangan video di tiga layar raksasa Plenannary Hall. Dengan vocal suara terukur dan jelas serta pengungkapan puitis, Pak Jo, demikian panggilan akrabnya, mengatakan, “Lautan biru yang terhampar luas, belantara yang tak terbatas, warisan budaya luhur, hingga gemulai tari dengan iringan musik tradisional turut merajut nusantara. Segala pesona Indonesia tak pernah habis untuk digali oleh anak cucu dan keindahan yang terpapar menjadi modal bagi pembangunan serta pembaharuan.”
Pada bagian lain, Jakob Oetama menandaskan bahwa agar potret keluhuran bangsa kelak menjadi inspirasi bagi Indonesia maka diperlukan kerja keras, dan tidak bisa hanya dengan berdiam diri serta berpangku tangan. Lebih lanjut dikemukakan Jakob Oetama, sekalipun berbagai gejolak mewarnai perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi bangsa ini mampu bertahan dan terus melakukan perubahan.
"Berpijak pada kebenaran, mengesampingkan perbedaan, serta mengedapankan keluhuran bangsa demi Indnesia baru, kita menggali relung nilai luhur yang dimiliki bangsa. Menatap masa depan, untuk sebuah intisari pembaharuan. Karena anda, kita, adalah inspirasi Indonesia,” tandasnya.
***
Pada latar panggung tatkala Clarissa Tamara menggesek biola, tersaji fragmen kehidupan sehari-hari ‘wong cilik” Indonesia dengan semangat kerja kerasnya yang pantang menyerah. Hilir mudik fragmen dengan koreografi tertata apik ini antara lain: senyum ramah dan ikhlas tukang sayur dengan gerobaknya, keceriaaan mbok-mbok penjual jamu gendongan, para nelayan yang bahu-membahu menarik jala ikan di lautan lepas, para petani yang mencangkul sawah dan lain-lain. Dari penampilan latar tersebut, kesan yang menggores di benak para penonton: mereka tengah menabur benih kehidupan untuk hari depannya. Betapapun kerasnya roda kehidupan yang dijalani.
Seolah belum hilang dari pendengaran alunan musik pembuka dari Clarissa Tamara dan paduan suara Bina Vokalia, sekonyong-konyong muncul di panggung dua penyanyi muda bertalenta prima, Ratnakanya Pinandita dan Gita Gutawa. Duet ini mendendangkan lagu “Simponi Raya Indonesia” ciptaan Guruh Soekarnoputra.
Agar pembaca dapat lebih menyelami tema pergelaran Simfoni Raya Semesta Inspirasi yang dihelat Kompas TV ini, mari kita simak lirik “Simponi Raya Indonesia” berikut:
Indonesia irama denyut nadimu detak-detak jantungmu bertalu berpadu satu menggubah lagu simfoni raya Indonesia
Indonesia alunan laut nan permai belaian bayu lalu membuai merayu sukma mengundang rasa damai dan cinta Indonesia