Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melacak Mengapa Ulang Tahun Kompasiana 22 Oktober?

23 November 2010   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12904889571497574367

Tampilan Kompasiana Dua Tahun Silam

Penasaran dengan ulang tahun Kompasiana yang jatuh pada 22 Oktober, saya mencoba kilas balik melacak posting-posting sekitar tanggal dan bulan itu dua tahun yang lalu. Beberapa admin Kompasiana, jurnalis harian KOMPAS dan penulis-penulis tamu (guest blogger), saya telusuri tulisannya.

Dari hasil pelacakan tersebut, tentu saja saya fokuskan atas posting-posting admin Kompasiana, Pepih Nugraha. Pada 22 Oktober 2008, ternyata Pepih tidak menulis artikel di Kompasiana. Isyarat tentang mengapa ulang tahun Kompasiana ditetapkan pada 22 Oktober 2008, justru saya dapatkan pada postingan Pepih dua hari sebelumnya. Tepatnya 20 Oktober 2008. Ia menulis dengan titel Tampilan Baru Kompasiana.

Dalam tulisan itu, ternyata oh ternyata, pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai hari ulang tahun lantaran pada tanggal dan bulan itu blog Kompasiana memasuki versi betha. Lebih jauh mengenai penetapan tanggal 22 Oktober, Pepih berujar, "Hari Rabu, 22 Oktober 2008 mendatang, Kompasiana wajah baru ini resmi dicantolkan ke KOMPAS.com dan akan mengisi salah satu navigasi utama situs itu.  Ini berarti keterbacaan setiap postingan yang tampil di Kompasiana lebih banyak lagi. Setiap postingan bisa di-share ke Facebook. Mereka yang belum tahu adanya “Journalist Blog Network” ini akan dibimbing menuju halaman Kompasiana. Namun demikian, pembaca juga bisa menuju alamat http://kompasiana.com langsung seperti biasanya."

Menyimak penuturan Pepih di atas, pada awalnya Kompasiana tidak terlepaskan dari KOMPAS.com (dan juga harian KOMPAS). Memang pada postingan Pepih sebelumnya dikemukakan kanal Kompasiana awalnya didedikasikan untuk jurnalis-jurnalis yang bernaung di bawah KOMPAS Grup.

Mengapa kemudian publik dapat berkontribusi di Kompasiana, tidak lepas dari peran Prayitno Ramelan, seorang purnawirawan AU berpangkat terakhir Marsekal Muda. Menarik untuk menyimak surat Pakde Pray (panggilan akrab saya pada Prayitno Ramelan) kepada admin Kompasiana, dalam tulisan Pepih berjudul Dunia Blogger, Jujur dan Ikhlas Berbagi. Saya kutip beberapa bagian surat bersejarah tersebut, "Yth. Mas Pepih. Pertama-tama saya mengucapkan Alhamdulillah, ternyata saran saya ttg blogger yg bukan guest dapat diterima dan ditayangkan tulisannya di Kompasiana. Terimakasih juga apresiasi thd upaya dan hobi saya disaat sudah menjadi kakek ini dalam berkomunikasi dengan rekan blogger dan dgn masyarakat. Saya hanya berfikir mau mendarmabaktikan sisa-sisa kehidupan saya untuk berbuat sesuatu demi masyarakat dan bangsa ini. Saya selalu berfikir dan berbuat, kegiatan sosial dan ibadah."

Tanpa "campur tangan" Pakde Pray, barangkali Kompasianer yang saat ini berkecimpung di Kompasiana tidak akan pernah menyaksikan wajah Kompasiana yang kini kenal dengan segala kelebihannya. Atas jasa-jasanya itu, maka tidak berlebihan pula pada ulang tahun pertama Kompasiana 22 Oktober 2009 di Marios Place Cikini Jakarta Pusat, Prayitno Ramelan ditetapkan sebagai Bapak Public Blog Kompasiana.

Tulisan perdana Prayitno Ramelan bertajuk  Terima Kasih Pengelola Kompasiana. Terbit pada 8 November 2008, dengan jumlah klik sebanyak 441 dan 8 komentar yang masuk. Dua hari kemudian, pada 10 November 2008, Pepih Nugraha mempublikasi tulisan Public Blogger, Mengapa Tidak? Di mana pada posting tersebut diperkenalkan tentang kanal public blogger, dan juga sebuah tulisan pembuka yang amat menarik dari  Pakde Pray berjudul Mengantar Nyawa Saat Lebaran.

Kompasianer yang baru bergabung belakangan di Kompasiana, saya rasa perlu membaca tulisan-tulisan awal yang telah saya sebutkan di atas. Dengan demikian kesinambungan gagasan antara generasi awal dan belakangan di Kompasiana senantiasa terjaga. Dan yang tidak boleh dilupakan pula, pada awal-awal munculnya public blogger --selain guest blogger-- semua tulisan yang akan tayang di Kompasiana musti melalui moderasi admin. Bandingkan dengan saat ini, begitu klik publish di dashboard maka tampilah tulisan itu di halaman muka Kompasiana.

Selain daripada itu, pada tulisan Tampilan Baru Kompasiana yang telah saya singgung di atas, sejak awal admin Kompasiana telah mewanti-wanti Kompasianer untuk tidak menggunakan nama anonim. Satu hal yang hingga hari ini permasalahan tentang boleh tidaknya penggunaan nama anonim acapkali mengundang perdebatan sengit dan kontroversi.

Jika saja Kompasianer mau taat misi yang digoreskan admin pada awal kemunculan Kompasiana, dan menyetujui tata tertib ber-Kompasiana, niscaya soal penggunaan nama anonim tidak akan terjadi. Sebagaimana diungkapkan admin Kompasiana Pepih Nugraha pada posting 20 Oktober 2008 berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun