Dua orang kru televisi (satu reporter dan satu kamerawan) dari stasiun XX Indonesia ditugaskan meliput aktivitas gunung Merapi. Awal-awal melaporkan peristiwa langsung dari lokasi kejadian tidak ada masalah. Cukup memikat reportasenya, hingga suatu ketika si reporter di atas melakukan suatu kesalahan kecil namun cukup fatal akibatnya!
Saat televisi-televisi beken manca negara menyiarkan letusan cukup dahsyat dibarengi keluar dan meluncurnya "wedhus gembel" alias awan panas, tayangan langsung televisi XX di atas hanya menampilkan sosok gunung Merapi yang kelam dan kehitam-hitaman saja. Sang reporter hanya melaporkan, "Pemirsa, baru saja terjadi dentuman keras gunung Merapi. Penduduk sekitar Merapi terperanjat mendengar gelegar yang baru saja kami dengar. Namun, semuanya masih terkendali."
Koordinator liputan televisi XX di kantor pusat Jakarta terkesiap aliran darahnya. Batapa tidak? Semua stasiun televisi manca negara dan satu dua televisi lokal telah menayangkan gambar meluncurnya "wedhus gembel", mengapa tv ini belum juga menayangkan? Si Korlip jengkel. Ia pun segera menelepon reporter TV yang ditugaskan itu.
"Hai, kambing congek. Posisi kamu ini di mana? Semua stasiun TV telah menayangkan gambar turunnya "wedhus gembel", mengapa kamu tidak melakukan hal serupa?"
"Maaf, Bos. Posisi saya ternyata di balik gunung di mana "wedhus gembel" itu meluncur!" kata si reporter itu tanpa merasa bersalah.
"Dasar wedhus (kambing) kalian berdua itu!" tandas si Korlip sembari membanting handphone-nya.
******
Sumber Gambar: http://escoret.net/
Posting di atas hanya fiksi dan imajinasi saya belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H