Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dukung Kawan untuk Segera Menikah

22 Januari 2010   05:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:20 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_58672" align="alignleft" width="124" caption="Muliawan Hamdani"][/caption]

JUM'AT ini (22/1) saya menerima undangan di Facebook (FB) untuk bergabung grup mendukung kawan segera menikah! Biasanya soal-soal berkaitan undangan mengikuti grup ini grup itu di FB, acapkali saya abaikan. Bukan lantaran saya tidak mau bergabung suatu grup tertentu. Melainkan saya sendiri khawatir tersita banyak waktunya hanya untuk mengikuti perkembangan grup yang diikuti. Sehingga tidak dapat berkontribusi di dalamnya. Lebih-lebih, mohon maaf, banyak tawaran grup di FB yang tidak sesuai dengan minat dan selera diri. Kalau mau dituruti semuanya, bisa-bisa sudah ada ratusan grup yang saya ikuti di FB. Masak hanya untuk menyenangkan kawan musti saya paksakan ikut-ikutan grup yang tidak diminati?

Nah, grup dukung kawan untuk segera menikah yang saya ikuti ini lain. Lantaran kawan yang saya dukung ini dikenal secara pribadi. Pula di masa silam, kawan satu ini menorehkan kenangan mendalam di langit pikiran. Nama grupnya "Dukung Muliawan Hamdani untuk Segera Menikah!" Di FB, sudah tercatat 195 anggotanya. Rata-rata anggotanya berasal dari alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, utamanya dari Fakultas Ekonomi asal Muliawan Hamdani pada 1990-an lalu mengecap pendidikan tinggi. Diskripsi grup tersebut, "Setelah hampir 40 tahun menahan derita, mari dukung kawan kita Muliawan Hamdani untuk mengakhiri masa lajangnya...."

Saudara Muliawan Hamdani ini, saya kenang karena ia merupakan salah satu anggota Kelompok Studi Mangkubumen (KSM) Solo --dimana saya pernah jadi koordinatornya selama tiga tahun-- "yang paling menjengkelkan". Ia senantiasa mendebat argumen-argumen suatu pemikiran narasumber dalam forum diskusi (tidak peduli siapapun narasumbernya). Kadangkala, jika ia sudah memiliki suatu pendirian atas pendapatnya, "ngeyel"-nya minta ampun. Sebagai moderator diskusi rutin tiap tanggal 15 dan 30 di kediaman budayawan Solo MT Arifin, saya sering dibuat pusing atas sikap "ngeyel"-nya tersebut. Demikian sekedar kenangan atas diri saudara Muliawan Hamdani.

Setelah hampir 15 tahun tidak berjumpa, akhirnya lewat FB saya dipertemukan kembali. Hanya saja, yang membuat saya tidak habis pikir, mengapa pula ia hingga usianya ke-40 belum juga menikah. Setahu saya, dia dulu banyak dikagumi perempuan. Pula tampan dan berisi otaknya. Entahlah apa sebabnya sehingga ia belum menemukan jodohnya?

Memang benar dikatakan bahwa kelahiran, perkawinan dan kematian merupakan suatu misteri dunia yang abadi. Sebagai salah satu hamba-Nya, kita jelas tidak tahu mengenai misteri tersebut. Dalam konteks tulisan ringan ini, perkawinan seseorang anak cucu Adam sulit ditelaah hanya berdasarkan rasio belaka. Ada orang dimana segala sesuatunya dimiliki hingga usia 40-an belum juga menikah. Namun banyak pula kita jumpai, orang tak punya apa-apa pun berani melangkah ke jenjang pernikahan. Bagi mereka yang belum menikah, kita tidak bisa menilai atas sesuatunya yang nampak di permukaan. Segala sesuatu tentang hal tersebut, hanya mereka sendiri saja (dan Allah SWT) yang tahu.

Namun demikian, sebagai makhluk sosial kita musti pula ikhtiar dengan sarana apapun yang ada, agar kepada kawan-kawan yang "belum beruntung" menikah dapat segera mewujudkan sunah nabi dimaksud. Sejatinya sarana semacam FB di atas bisa didayagunakan untuk men-support hal semacam itu.  Kehadiran media sosial semacam FB semoga bisa membantu kesulitan-kesulitan seseorang tatkala susah menemukan jodohnya. Kalau tidak bisa menjadi mak comblang, mendukung lewat semacam grup "dukung kawan untuk segera menikah" barangkali ada faedahnya.

Itulah seni jaman kita saat ini di era digital. Kehadirannya bukan hanya sekedar sebagai "game" dan gaya-gayaan  belaka. Ia hakikatnya hadir untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan. Semoga.

=oOOo=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun