[caption id="attachment_73940" align="alignleft" width="392" caption="Ben Rhodes nomor dua dari kanan (Courtesy: Akun Ben Rhodes di Facebook)"][/caption]
Kalau saya ditanya seseorang, tulisan berkesan apa yang pernah dibuat, jawab saya mantap: artikel tentang Ben Rhodes. Terbit di Kompasiana pada 9 Juni 2009 pukul 08.24 wib. Tulisan dimaksud bertajuk Sekilas Profil Ben Rhodes Penulis Pidato Barack Obama di Kairo Mesir. Isi artikel mengupas sosok "orang hebat" di balik pidato Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack H. Obama di Universitas Kairo Mesir pada 4 Juni 2009. Artikel di Kompasiana tersebut ibaratnya artikel yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk lantaran hujan. Tetap dicari dan dibaca orang hingga hari ini.
Ben Rhodes adalah salah satu dari tim penulis pidato Obama. Penulis pidato Obama lainnya diantaranya adalah Jon Pavreau yang terkenal dengan pidato Barack Obama kala inagurasi pelantikan Presiden Amerika Serikat ke-44 pada 20 Januari 2009. Bagi publik di Indonesia, nampaknya Ben Rhodes kalah populer dibanding Jon Pavreau. Namun perlu diketahui pula, pidato Barack Obama di Universitas Indonesia Depok pada 10 November 2010 lalu sesungguhnya tak lepas dari sentuhan tangan dingin Ben Rhodes.
Sejatinya, tanpa jamahan jemari intelektual mumpuni Ben Rhodes dan timnya, penampilan Barack Obama di Kairo tersebut tidak akan menjadi perbincangan luas di mana-mana dan memiliki dampak hingga hari ini. Salah satu poin penting yang mendasari panitia nobel menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada Obama, di tahun 2010 tiada lain pidato monumental Barack Obama di Kairo Mesir yang diberi titel Permulaan yang Baru --disamping pidato Obama lain tentang perluncutan senjata di Praha Republik Ceko pada 5 April 2009 (Klik Remarks by President-Barack Obama in Prague as Delivered). Dunia sebenarnya terkejut dengan pemberian anugerah bergengsi nobel perdamaian buat Obama, mengingat hasil-hasil yang dicapai pemerintahan Barack Obama belum berbanding lurus dengan apa yang ia gagas dalam setiap pidato pentingnya.
Artikel tentang profil singkat Benjamin Rhodes (nama lengkap Ben Rhodes) di Kompasianapada 9 Juni 2009 sungguh berkesan bagi diri saya, lantaran sebelum saya mempublikasikannya dapat dikatakan media massa cetak dan online di Indonesia saat itu belum ada yang menuliskannya. Publik Indonesia tahunya hanya Jon Favreau yang telah sekilas saya sebutkan di atas. Pula, niat saya untuk melanjutkan artikel di Kompasiana itu dengan menggali lebih banyak lagi orang-orang dekat di seputar sosok Barack Obama yang diberi julukan "Obama's Inner Circle" --juga disinggung dalam artikel tentang Ben Rhodes-- hingga kini belum kesampaian.
Beberapa saat kemudian, artikel tentang Ben Rhodes di Kompasiana itu dimuat Kompas Com pada rubrik Luar Negeri. Tidak ketinggalan admin Kompasiana, Pepih Nugraha, menggoreskan catatan khusus "memuji setinggi langit" artikel itu dengan judul sanjungan Penulis Kompasiana Berkaliber. Goresan khusus Pepih Nugraha itu membuat saya senyum-senyum sendiri, agak bangga bercampur malu sekaligus juga membuat saya susah tidur beberapa malam sesudahnya. :)
Hal demikian membuktikan bahwa blog semacam Kompasiana tidak kalah berpengaruhnya dibanding media arus utama --dan itu semakin terbukti beberapa waktu sesudahnya di rumah sehat Kompasiana ini. Betapa blog dapat menjadi trendsetter (pemandu kecenderungan yang terjadi) ketimbang hanya follower (pengekor) media arus utama yang sudah ada.
***
Berkaca dari artikel Ben Rhodes itu, ada suatu kepuasan tersendiri bagi saya manakala dapat mengemukakan dan menyampaikan "suatu hal baru" kepada publik. Tidak semata-mata suatu terjemahan "an sich" ataupun copy paste dari suatu sumber. Lantaran dari secuil "sesuatu yang baru" ini dapat berlanjut dengan kupasan dan studi yang lebih mendalam dari penulis-penulis lainnya.
Apabila ditilik secara materi tidak ada yang saya dapat dari artikel Ben Rhodes itu. Hanya nilai kepuasaan diri yang didapat. Namun saya yakin, nilai kepuasaan dalam menulis tidak bisa ditakar dan ditukar dengan apapun jua. Letak kepuasaan itu ada di dasar lubuk samudera hati. Berbagi dalam arti sesungguhnya. Yang semoga saja --juga buat kompasianer lainnya-- justru akan memacu dan memicu seseorang menulis lebih dan lebih baik lagi.
*****