Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tiba-tiba Aku Menangis

30 Juli 2010   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:27 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari lalu, tatkala menarikan jari-jemari di atas papan ketik untuk membuat postingan Titip Rindu Buat Ibuku di Kompasiana, tiba-tiba aku menangis. Tak terasa air mata yang lama tersimpan meleleh di pipiku. Seorang teman yang memperhatikan aktivitasku sampai terbengong-bengong, dan lirih menanyakan, "Mengapa mas menangis?" Jawabku singkat, "Ingat ibuku."

Aku tiba-tiba menangis, lantaran tengah menggoreskan kenangan bersama ibu dari sesobek catatan masa kecilku. Aku memang hanya mengenal tak seberapa lama akan sosok ibuku. Mengenal singkat kebahagiaan yang pernah ia reguk, tetapi juga terentang cukup lama penderitaan yang ia alami karena penyakit yang dideritanya. Hingga akhirnya ia menghadap ke haribaan-Nya. Suatu episode hidup yang selalu terkenang-kenang dan sulit dilupakan.

Tentang sosok ibu sendiri, penyair Kahlil Gibran pernah menulis esai singkat menawan. Menurut Gibran, kata terindah yang terucap dari bibir manusia adalah ibu, dan panggilan yang terindah adalah ibuku.

Selanjutnya dikatakan, ibu adalah segalanya --dia adalah penghibur kita dalam sedih, harapan kita dalam susah, dan sandaran kita tatkala lemah. Ia tandaskan, dia adalah sumber cinta, kebaikan, simpati, dan maaf. Orang yang kehilangan ibu akan kehilangan sebuah jiwa murni yang senantiasa menjaga dan memberkati.

Di akhir esainya, Gibran melukiskan dengan indah akan sosok ibu, "Dan ibu, teladan segala keberadaan, adalah jiwa abadi, penuh dengan cinta dan keindahan... Kata ibu tersembunyi di dalam hati, dan ia keluar dari bibir di saat-saat sedih atau bahagia laksana harum yang keluar dari jantung bunga-bunga yang merekah dan merebak, tatkala terang atau cuaca mendung, di udara."

Dengan demikian, jika tiba-tiba aku menangis tatkala menulis Titip Rindu Buat Ibu, maka itu sesuatu hal yang manusiawi. Begitulah kiranya....

*****

Sumber Gambar: http://www.free-extras.com

Posting ini tayang beberapa menit sebelumnya di Dwiki Setiyawan's Blog.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun