Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Kritik atas Suatu Tulisan

11 Desember 2009   22:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

^KRITIK dari seorang cerdas sangat berimbang^

-Ibnu Khaldun, sejarawan abad ke-14-

[caption id="attachment_3420" align="alignleft" width="242" caption="To Escape Criticism (http://i.ehow.com)"][/caption]

Gotthold Ephraim Lessing (22 Januari 1729 - 15 Februari 1781) adalah seorang penulis terkemuka berkebangsaan Jerman. Ia juga terkenal sebagai filosof, dramawan, dan kritikus seni paling menonjol wakil jaman pencerahan (the enlightenment era). Karya-karya Lessing secara substansial mempengaruhi perkembangan sastra Jerman.

Dalam memaparkan kritik, Lessing muncul dengan tulisan-tulisan yang luar biasa bagi penulis lainnya. Gaya penyajiannya acap lucu dan ironis. Di samping itu polemik yang muncul atas kritik tersebut nampak berbobot. Niatnya tiada lain untuk melihat suatu pemikiran dari berbagai sudut dan mencari unsur-unsur kebenaran bahkan dalam argumen-argumen yang dibuat oleh lawan-lawannya. Bagi Lessing, kebenaran itu sesuatu yang relatif atau sesuatu yang dapat dimiliki oleh seseorang, akan tetapi senantiasa berdasarkan suatu proses pendekatan melalui jalan dialog.

Pandangan ini dirumuskan awal oleh Lessing sebagai "tidak semua kritik itu jenius, akan tetapi dari setiap jenius lahir seorang kritikus ... jenius memiliki bukti dari semua aturan di dalam dirinya."

Berkenaan dengan itu, agar seorang penulis lebih terpacu meningkatkan kualitas tulisannya diperlukan suatu kritik dari penulis lainnya. Sayangnya kita sebagai penulis terkadang kurang bisa menerima datangnya kritik. Seolah-olah apabila suatu tulisan mendapat kritik dianggapnya sebagai tonjokan yang menyakitkan. Lantaran memang, pada hakikatnya seseorang tidak senang dikritik.

Kebanyakan dari kita, pada dasarnya senang melakukan kritik. Hanya saja kritik yang muncul tidak disertai tawaran jalan keluar yang tepat. Karenanya yang muncul bukan suatu proses dialektika, akan tetapi sudah menjurus ke arah debat kusir. Yang nampak kemudian berupa caci maki, sumpah serapah dan menonjolkan kelemahan orangnya. Bukan dari tulisan yang dipublikasikan.

Jika anda seorang pribadi yang cerdas, sebagaimana kata Ibnu Khaldun, akan memberikan suatu kritik secara berimbang. Yakni penilaian yang bukan didasari atas suka atau tidak suka pada pribadi si penulisnya, namun suatu timbangan tentang "bagaimana sebaiknya" pokok persoalan tulisan.

Perlu diingat pula orang yang tidak bisa mengkritik sangat mungkin tidak mampu melihat kelemahan dari suatu persoalan. Banyak sekali tanggapan atau komentar dari suatu tulisan berisi sanjungan, sedikit sekali yang berani melakukan kritik terbuka. Sekalipun nyata-nyata suatu tulisan itu mengandung banyak kelemahan.

Fenomena ini hemat saya kurang mendidik dalam jangka panjang. Tanpa adanya kritik, seorang penulis merasa puas atas tulisan yang dibuatnya. Dengannya ia tidak terpacu untuk meningkatkan kualitas kepenulisannya. Malas untuk membaca pustaka, dan enggan melakukan penajaman naluri kepenulisan atas realitas yang berkembang di sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun