[caption id="attachment_3214" align="alignleft" width="196" caption="DR Ali Syariati (http://media.us.macmillan.com)"][/caption]
PELAJARAN apa yang saya petik dari pengalaman menunaikan ibadah haji? Pertama-tama sebaiknya kita bertanya tentang apa arti haji. Pada hakikatnya, ibadah haji adalah evolusi manusia menuju Allah. Ibadah haji merupakan sebuah demonstrasi simbolis dan falsafah penciptaan Adam. Gambaran selanjutnya, pelaksanaan ibadah haji dapat dikatakan sebagai suatu pertunjukan banyak hal secara serempak. Ibadah haji adalah sebuah pertunjukan tentang 'penciptaan', 'sejarah', 'keesaan', 'ideologi Islam', dan 'ummah'.
Demikian ungkap cendekiawan muslim terkemuka Iran, DR Ali Syariati pada halaman pembukaan buku karyanya Hajj (The Pilgrimage) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Zahra menjadi Makna Haji.
Goresan pena Syariati pada pembukaan buku yang telah saya kutip di atas dilanjutkan dengan ilustrasi yang menarik. Kata Ali Syariati, "Allah (Tuhan) adalah sutradaranya. Tema yang dibawakan adalah perbuatan orang-orang yang terlibat, dan para tokoh utamanya meliputi Adam, Ibrahim, Hajar, dan setan. Lokasi pertunjukannya adalah Masjid al-Haram, daerah Haram, Nas'a, Arafah, padang Masy'ar dan Mina. Simbol-simbol yang penting adalah Ka'bah, Shafa, Marwah, siang, malam, matahari terbit, matahari terbenam, berhala dan upacara kurban. Pakaian dan make up-nya adalah ihram, halgh dan taqshir (mencukur sebagian rambut kepala). Yang terakhir dari peran-peran dalam 'pertunjukan' ini adalah hanya seseorang, yakni dirimu sendiri."
[caption id="attachment_3215" align="alignright" width="185" caption="Akhir Area Suci Kota Mekah (scan by dwiki)"]
Ditandaskan pula oleh Syariati bahwa tidak peduli apakah engkau seorang laki-laki atau perempuan, muda atau tua, kulit hitam atau kulit putih, engkau adalah aktor utama dalam pergelaran ini. Engkau berperan sebagai Adam, Ibrahim dan Hajar dalam konfrontasi antara 'Allah dengan setan'. Konsekuensinya, engkau adalah pahlawan dari pertunjukan ini.
Tentang buku Hajj itu sendiri, Ali Syariati memang mengungkapkan bukan sebuah buku tentang 'jurisprudensi religius' melainkan sekedar risalah yang mengajak pembacanya untuk berpikir.
Haji dalam pemahaman Syariati merupakan kepulangan manusia kepada Allah SWT yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan dan yang tidak dipadankan oleh sesuatu apapun. Kepulangan kepada Allah merupakan gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai, dan fakta-fakta.
Dengan melakukan perjalanan menuju keabadian ini, tujuan manusia bukanlah untuk binasa, tetapi untuk berkembang. Tujuan ini bukan untuk Allah, tetapi untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya. Makna-makna tersebut dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, nyata atau simbolik.
Semua itu, pada akhirnya, mengantarkan seorang haji hidup dengan pengamalan dan nilai kemanusiaan universal. Syariati mencontohkan, dalam konteks niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan pakaian ihram, haji memiliki makna yang lebih universal dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Pakaian ihram, menurutnya, melambangkan pola, preferensi, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. "Tak dapat disangkal bahwa pakaian pada kenyataannya dan juga menurut Al-Quran berfungsi sebagai pembeda antara seseorang atau satu kelompok dengan lainnya," tulis Syariati.