Mohon tunggu...
DWI JULI PURNAMA
DWI JULI PURNAMA Mohon Tunggu... Lainnya - orang biasa

belajar dari pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Kearifan Lokal] "Repung" Sebagai Budaya Menuju Pertanian Berkelanjutan

13 Desember 2021   08:53 Diperbarui: 13 Desember 2021   22:07 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kearifan lokal merupakan hal yang sangat banyak kita temukan Di Indonesia. Dari berbagai pulau dan tempat memiliki karakteristik budaya yang berbeda-beda, hal ini sangat menarik untuk kita ketahui apa saja buadaya yang berada pada bidang pertanian. Salah satu kearifan lokal yaitu petani Di Karu Provinsi Bengkulu yang memiliki kearifan lokal repung yang maknanya adalah lahan disediakan oleh masyarakat untuk ditanami tanaman pangan oleh setiap kelompok, lahan yang ditanami adalah tanaman penghasil karbohidrat. Dalam bidang pertanian ini, masyarakat di Kaur mengenal istilah repung menjadi salah satu bentuk kearifan lokal masyarakatnya. Selanjutnya kita akan melihat dari beberapa aspek, yaitu sosial budaya, aspek ekonominya, dan lingkungan :

Secara sosial budaya, masyarakat Di Karu yang berprofesi menjadi petani padi sudah sejak dulu dan mereka masih kental mempertahankan teknik budidaya secara tradisional. Teknik budidaya yang masih tradisional yang diterapkan para petani ini dapat meminimalkam penggunaan pupuk dan pembasmi hama berbahan kimia sintetik yang digunakan bahkan ada yang tidak. Penanaman padi masih umum dilakukan dengan waktu penanaman dua kali dalam setahun. Waktu bertanam padi petani di Karu sengaja melakukan waktu penanaman secara serentak, hal ini bertujuan dapat mengurangi serangan hama. Sebelum melakukan pembajakan dan penanaman, para petani akan memberikan pupuk kandang pada lahan yang akan digunakan.

Dari segi ekonomi, keadaan perekonomian Kaur masih tetap mampu bertahan dikarenakan lahan sawah yang ditanami tanaman pangan seperti padi. Lahan yang ditanami dengan tanaman lain seperti kopi, karet, dan sebagainya, dari sini kita dapat melihat bahwa para petani Di Karu mempunyai pilihan-pilihan ekonomis yang relatif fleksibel, sehingga kehidupan ekonomi di Kaur masih bisa mencukupi kebutuhan sandang pangan keluarga. Hasil dari pertanian yang dilakukan dapat menjadi penghasilan tambahan seperti menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus sebagai daya saing di pasar, meningkatkan pendapatan para petani, lingkungan yang sehat bagi petani, meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang.

Lingkungan juga terjaga kondisi ekosistemnya dikarenakan petani Di Kaur masih banyak yang memanfaatkan kemampuan ekologi alam sekitar seperti penggunaan kotoran ternak untuk menambah hara dan sebagai pembenah tanah yang membuat kehidupan organisme tanah masih terjaga. Penggunaan bahan-bahan organik yang dilakukan dapat meningkatkan unsur hara makro dan mikro, meningkatkan bahan C-organik sebagai sumber energi organisme tanah seperti cacing, menurunkan berat isi dan berat jenis tanah, meningkatkan kemantapan agregat tanah. Teknik budidaya tanaman petani Karu secara tidak langsung merupakan salah satu teknik yang sadar terhadap bahaya akan residu berbahaya. Hasil produksi terjamin kualitasnya karena penggunaan bahan-bahan alami seperti pupuk kandang dan musuh alami, sehingga teknik bertanaman petani Di Karu tergolong lebih aman dan sehat dari residu berbahaya yang biasanya ada pada pertanian konvensional.

Kearifan lokal repung ini bisa dikatakan berkelanjutan karena kita sudah melihat dari sosial budaya masyarakat karu masih mempertahankan cara menanam padi tradisional, dari segi ekonomi juga pendapatan masyarakat bisa terjamin untuk mencukupi kebutuhan sandang pangan keluarga, dan dari aspek lingkungannya petani di karu masih menjaga kehidupan ekosistem sekitar dengan memanfaatkan penggunaan pupuk kandang dan masih secara tradisional yang berarti masih banyak musuh alami di sekitar area lahan budidaya. Sekian dari saya sekiranya informasi ini dapat berguna bagi yang membaca dan dapat mengenali salah satu kearifan lokal Di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun