[caption id="attachment_94882" align="alignleft" width="226" caption="Sayap yang retak"][/caption]
Bergulat dengan malaikat
Di persimpangan jalan, aku melihat lelaki berkulit gelap, bermata iblis bergulat dengan Gabriella sang malaikat agung penjaga warta cinta dan kegembiraan.
Lelaki itu menghempaskan Gabriella ke aspal jalan, mematahkan sayapnya, lalu memasangkannya pada pundaknya sendiri. Dengan kesombongan rasa menang dia terbang ke angkasa. Meninggalkkan musim dingin terbang menuju musim semi yang berbunga-bunga. Dia bercumbu dengan sayap barunya, menari-nari bagai kupu-kupu, berlompatan diantara kelopak bunga.
Dengan sombong pongahnya dia bertengger di menara gedung tua. Mata iblisnya mendongak menatap menantang pada matahari yang tergantung rendah di antara tipis mega-mega.
Sementara Gabriella terduduk tersedu. Darah menderas dari pundahnya seirama dengan isaknya. Air mata mengucur dari sela-sela tangannya yang menutupi mukanya seiring dengan sedunya.
Lelaki berkulit gelap bermata iblis itupun tersadar mendengar isak sedunya. Perlahan ia turun dan mendekati Gabriella. Lalu mencabut sayap-sayap dari punggungnya dan menggembalikan kepada yang empunya. Memasangkannya pada punggung Gabriella.
Darah kini menetes dari punggungnya, berdua mereka terluka.
“Maaf.” Kata mereka berdua hampir bersamaan pada akhirnya dan merekapun berbagi sayap malaikat yang penuh hangat.
***
(memoar dua sahabat yang selalu berebut ego dan lupa kata maaf.)
Ilustrasi diunduh dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H