Mohon tunggu...
Fatma Dwi Jati
Fatma Dwi Jati Mohon Tunggu... Dosen - Sustainable living liLLAH

Newbie in sustainable living culture

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Zero Waste Lifestyle Skala Rumah Tangga

18 Desember 2019   14:40 Diperbarui: 18 Desember 2019   15:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, tim pengabdian kepada masyarakat dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (FE UM) yang diketuai oleh Dr. Puji Handayati SE, MM., Ak, CA, CMA melakukan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah skala rumah tangga kepada warga RW 14 RT 02 Kelurahan Tulusrejo Jl. Cengger Ayam, Kota Malang.

Materi pelatihan disampaikan oleh Oeliva Iswandi, seorang pegiat lingkungan di Kota Malang. Materi tersebut bersifat kontemplatif dan banyak melibatkan diskusi dengan para peserta. Peserta diminta untuk merenungkan tentang beban kerja yang ditanggung oleh para petugas kebersihan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA).

Forum menarik simpulan bahwa aktivitas yang ditekuni oleh para petugas kebersihan di TPSA bukanlah suatu bidang kerja yang mudah untuk dilakukan dan cenderung tidak menyenangkan. Terlebih, mengingat bahwa keseharian para petugas diisi dengan bau sampah yang tidak sedap dan menyengat serta adanya lalat, cacing dan binatang lain yang tinggal di TPSA.

Sementara, warga merupakan kontributor utama sampah harian; aktivitas memasak, membersihkan rumah dan kegiatan lainnya. Tanpa sadar, kebersihan rumah warga selama ini masih berarti bahwa tempat lain sedang dalam keadaan yang kotor.

Perbandingan terbalik ini sering tidak kita sadari, sehingga warga masih jarang merenungkan ke mana sampah kita pergi dan bagaimana sampah-sampah tersebut dikelola.

Sampah-sampah di kota Malang bermuara di TPSA Supit Urang yang berlokasi di kecamatan Sukun.

Belum lama ini, TPSA tersebut mengalami kebakaran yang dampaknya kuat dirasakan oleh warga di sekitar TPSA Supit Urang. Warga sekitar terpaksa untuk menunda pembuangan sampah mereka ke TPSA Supit Urang untuk menghindari berlebihnya muatan sampah di TPSA tersebut.

Padahal, sampah-sampah rumah tangga yang secara rutin dikumpulkan di TPS untuk kemudian dipindahkan ke TPSA banyak yang berupa sampah organik.

Kategori sampah ini lebih cepat mengalami pembusukan yang dalam proses ini sampah tersebut menghasilkan cairan bernama air lindi.

Tampaknya belum banyak orang yang mengetahui bahwa air lindi menghasilkan karbon dioksida yang tinggi yang kemudian secara akumulatif mempengaruhi kualitas udara di wilayah terdampak.

Selain itu, air lindi juga berperan dalam pencemaran air. Secara keseluruhan, hulu datangnya sampah juga akan menjadi hilir bagi sampah tersebut. Permasalahan sampah yang dihadapi manusia saat ini adalah muara dari masalah sampah yang telah lalu, yang tidak manusia sikapi dengan bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun