Saat ini tingkat literasi di Indonesia amat memprihatinkan. Data dari UNESCO menyebutkan bahwa tingkat literasi di Indonesia adalah 0,001 yang artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Ini bukan hanya PR bagi diri sendiri, keluarga, maupun sekolah, namun juga bagi pemerintah bahkan masyarakat luas. Terlebih lagi, seiring perkembangan zaman, ada berbagai macam hiburan baru yang mengalihkan perhatian. Kehadiran smartphone, misalnya.
Dalam satu hari, jangka waktu rata-rata masyarakat Indonesia memelototi smartphone adalah 5,5 jam. Hal ini tidak selaras dengan waktu membaca masyarakat Indonesia yang rata-rata hanya 2 jam perhari. Namun ini tidak kemudian menunjukkan fungsi smartphone yang negatif. Segala sesuatu memiliki dampak positif dan negatif. Selama kita mau berkomitmen untuk mengambil sisi positif dari perkembangan zaman ini, semua tidak lagi menjadi masalah.
Pengetahuan yang luas dapat meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh dari membaca. Kegiatan membaca tidak selalu identik dengan kutu buku, lorong-lorong panjang dengan rak-rak besar, atau kertas-kertas yang mulai menguning. Untuk mengikuti perkembangan zaman di mana saat ini telah memasuki era dunia digital, ada inovasi-inovasi terbaru yang bermunculan, salah satunya kehadiran perpustakaan digital.
Keberadaan buku digital pasti tidak asing lagi bagi kita. Tidak hanya dalam bentuk fisik, kini buku dapat juga dinikmati dalam versi digital. Bahkan ada juga beberapa buku yang memang hanya diterbitkan dalam versi digital. Perpustakaan digital berisi kumpulan buku digital. Mengenai fasilitas di dalam perpustakaan mengikuti pembuat aplikasi perpustakaan ini.
Sebagai contoh yaitu aplikasi e-Perpus yang dibuat oleh Apps Foundry. Perusahaan yang bermarkas di Singapura ini mengusung kegiatan membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan dengan e-Perpus. Apps Foundry menggandeng berbagai penerbit ternama seperti Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Grasindo, dan ratusan penerbit lain untuk bergabung di dalam perpustakaan digita. Perpustakaan digital atau yang mereka beri nama e-Perpus ini dapat dimiliki oleh sekolah-sekolah, perusahaan, hotel, dan instansi-instansi lain untuk dapat diakses oleh anggota perpustakaan yang mereka tentukan.Â
Misalnya, Sekolah SMA Jakarta membeli e-Perpus, maka murid-murid mereka dapat mengakses buku-buku yang dikoleksi oleh SMA Jakarta untuk mereka unduh dan baca. Seperti halnya perpustakaan fisik, perpustakaan digital juga memiliki jangka waktu pinjam dan sistem stock. Menariknya lagi, e-Perpus ini memiliki admin dashboard yang dapat menjadi senjata bagi pustakawan untuk menganalisis aktivitas membaca setiap anggotanya seperti lama membaca dalam satu hari, bahkan dapat juga dilihat rata-rata buku yang dibaca dalam satu jam.
Untuk lebih detail mengenai e-Perpus akan saya bahas di artikel selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H