Mohon tunggu...
Dwi Fatwa Nur Andini
Dwi Fatwa Nur Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semester 5 Universitas Pancasakti Tegal

Nama Saya Dwi Fatwa Nur Andini, seorang Mahasiswa yang sedang berjuang mencapai kelulusan dengan cara berusaha semaksimal mungkin dalam prosesnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jelang Pemilu 2024, Mengingat Kembali Kerusuhan Pemilu 2019

27 Desember 2023   22:58 Diperbarui: 27 Desember 2023   23:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi poster dengan tema Pemilu Damai. Foto: Dok INDOPOS.CO.ID

Sekilas tentang Pemilu 2024

Desember, 2023- Indonesia sedang disibukkan dengan persiapan menuju Pemilihan Umum tahun 2024. Lantaran dilaksanakan 5 tahun sekali, pemilu sering disebut juga sebagai pesta rakyat, dimana suara atau hak pilih kita akan menentukan nasib bangsa Indonesia kedepannya. Pada pemilu 2024 ini kita akan memilih wakil rakyat atas dasar kemauan hati kita sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain, sesuai dengan asas dalam pemilu, yakni LUBER JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil). Kemudian siapa saja yang akan kita pilih pada pemilu 2024?

Dikutip dari laman https://www.kpu.go.id/page/read/1136/kilas-pemilu-tahun-2024, bahwa menurut UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang akan kita pilih pada pemilihan umum di antaranya:

  • Presiden dan Wakil Presiden;
  • Anggota DPR;
  • Anggota DPD,;
  • Anggota DPRD Provinsi dan;
  • Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

Pada hari dimana kita akan "mencoblos" siapa yang akan kita pilih, pasti kita mengharapkan suasana, keadaan dan kondisi yang kondusif. Terkadang para pendukung yang terlalu fanatik dapat menimbulkan suasana anarkis yang akhirnya menimbulkan suatu perselisihan, hingga konflik yang bisa menelan korban. Contohnya pada kejadian 5 tahun lalu yakni pada tanggal 22 Mei 2019, tepatnya setelah pengumuman hasil pemilu pada 21 Mei 2019 dinihari.

Kronologi kerusuhan 22 Mei 2019

Selasa, 21 Mei 2019 dinihari, hasil dari perolehan suara pemilu 2019 diumumkan, namun yang paling disorot oleh masyarakat adalah pilpres, yakni paslon Jokowi-Ma'ruf vs Prabowo-Sandiaga. Bagaimana tidak? Karena persaingan diantara kedua pendukung paslon tersebut sangat sengit, hingga menyebabkan tragedi yang pada pemilu sebelumnya tidak pernah terjadi. Kericuhan dimulai dengan aksi, yakni pada saat pendukung kubu Prabowo mengetahui kekalahan dari capresnya tersebut yang diduga karena terdapat kecurangan oleh kubu Jokowi.

Aksi unjuk rasa tersebut terjadi tepat di depan Gedung Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu), Sarinah, Jakarta Pusat yang melibatkan massa dengan aparat kepolisian di sekitar Sarinah sejak pukul 10.00 WIB pada 21 Mei 2019 diikuti dengan massa yang mulai berorasi. Hingga menjelang malam, aksi tersebut berjalan dengan tertib, sampai massa bersama-sama melakukan salat magrib dan tarawih secara berjamaah. Hingga peribadatan selesai, yang ditandai dengan akan diakhirinya aksi, selang beberapa jam muncul sekelompok dengan perkiraan berjumlah lebih dari 300.

Mereka terbagi untuk kemudian mencari celah melakukan aksi jahatnya tersebut. Ada yang melempari para aparat dengan batu, petasan, bahkan bom. Lalu ada pula yang menyerang asrama Brimob dengan melakukan perusakan, dan membakar sejumlah mobil. Akhirnya tanpa menggunakan senjata api, polisi mengamankan kericuhan tersebut dengan mendorong mundur massa dengan menggunakan gas air mata.

Setelah melalui proses yang panjang, demo berakhir pada 23 Mei dinihari dengan situasi yang masih sangat diliputi kesiagaan. Dengan tindakan yang cepat polisi berhasil mengamankan ratusan pelaku pembuat kericuhan. Bentrokan tersebut kemudian mereda dengan kondisi berantakan, yakni berhamburan entah itu batu, kayu, maupun kendaraan yang berserakan.

Kerusuhan 21-22 Mei 2019 dipicu akibat kekecewaan terhadap hasil Pilpres 2019 (CNN Indonesia/Safir Makki
Kerusuhan 21-22 Mei 2019 dipicu akibat kekecewaan terhadap hasil Pilpres 2019 (CNN Indonesia/Safir Makki

Resolusi terhadap konflik tersebut

Seperti halnya Pemilu yang dilaksanakan sebelum tahun 2019, harapannya pemilu tahun 2024 berjalan tanpa adanya pengulangan tragedi 5 tahun sebelumnya. Untuk menciptakan pemilu yang diharapkan, yakni yang tertib dan damai, diperlukan kesadaran diri dan rasa tenggang rasa terhadap apa yang akan terjadi dan tentang siapa yang akan memerintah. Bahwa kita boleh saja memilih dan berpihak pada apa yang kita anggap benar, namun tak selamanya yang kita inginkan akan tercapai. Bukankah kita negara demokrasi yang didalamnya terdapat musyawarah untuk mencapai mufakat? Karena suara kita saja tidak mampu untuk mengalahkan suara mayoritas masyarakat.

Mungkin dapat diadakan sosialisasi yang didalamnya mengarahkan tentang etika dalam memilih, maupun menerima dengan hati yang ikhlas terkait dengan siapa yang akan mendapatkan posisi "PEMIMPIN DAN WAKIL RAKYAT" pada saat nanti. Kemudian jika memang terdapat kecurangan yang terjadi, harus segera melapor dan dilengkapi dengan bukti dan perlawanan yang tertib dan damai, agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Dengan begitu harapannya ke depan Indonesia akan benar-benar menjadi negara yang adil dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun