Mohon tunggu...
Dwi Rahayu
Dwi Rahayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menantikan Sang Buah Hati

1 April 2018   14:07 Diperbarui: 1 April 2018   14:17 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anne Ahira.doc (google.com)

Setiap pasangan suami istri pastilah mendambakan hadirnya seorang anak hasil buah cintanya. Karena salah satu tujuan menikah adalah untuk membina keluarga bahagia, dengan anak sebagai karunianya. Namun bagaimana jika kehadiran anak ini belum juga menampakkan tanda-tanda? Tidak sedikit pasangan pengantin baru yang menghadapi dilema ketika tahun-tahun pertama pernikahan, tanda-tanda itu belum ada. Namun tak sedikit pula yang mendapatkan kabar bahagia itu diawal kehidupan rumah tangganya dimulai. Bahkan ada yang sudah memiliki sebelum menikah. Astaghfirullah, yang terakhir tidak boleh dicontoh.

Kondisi psikologis istri akan berubah ketika harapan memiliki buah hati begitu besar, sementara Allah belum memberikan amanah itu kepadanya. Ditambah lagi keluarga besar dan lingkungannya selalu memberikan pertanyaan yang sama setiap bertemu. "Sudah isi belum?" atau "Kapan punya anak?" dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya yang semakin menambah beban pikiran dari pasangan suami istri.  

Anak adalah amanah dari Allah swt, yang wajib dijaga, dilindungi dan dididik sesuai aturan-Nya. Namun jika amanah ini belum datang pada pasangan nikah, itu bukan salahnya. Tidak perlu risau, semua sudah menjadi ketetapan Allah. Tetap berusaha dengan jalan yang tetah ditunjukkan oleh Allah, meyakini bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Manusia hanya bisa berencana dan berdo'a, selanjutnya Allahlah penentu segalanya.

Dalam kasus ini, ungkapan 'hasil tidak akan menghianati usaha' tidak berlaku. Karena anak adalah hak mutlak Allah. Dia yang akan memberikan anak kepada siapapun yang Dia kehendaki, begitu pula sebaliknya. Namun pemahaman ini tidak lantas membuat manusia berpangku tangan tanpa ada usaha. Pasrah dan mengalah dengan keadaan serta berputus asa dari rahmat Allah bukanlah ciri mukmin sejati. Sebab Allah telah berfirman dalam Al Qur'an:  

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,"

"atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Dengan demikian, meyakini apa-apa yang telah menjadi ketetapan Allah adalah hal yang wajib dilakukan. Tanpa menghilangkan usaha dan do'a untuk memperkuat keyakinan tersebut. Yakinlah bahwa Allah Maha Mengetahui segalanya. Allah sudah menyiapkan kejutan terbaik bagi hamba-Nya yang yakin akan qodlo'Nya. Semua akan indah pada waktunya. The dream will come true. Insyaa Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun