Mohon tunggu...
Dwi Endik Setiawan
Dwi Endik Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Penulis

Manusia dengan latar belakang Ilmu Biologi dan Profesional dalam ilmu Pendidikan. Berminat menulis dan berbagi ilmu, memiliki kesukaan dunia literasi dan numerasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inilah Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1 September 2023   23:59 Diperbarui: 2 September 2023   00:03 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo sahabat guru di Indonesia? bagaimana kabarnya? Semoga kita selalu diberikan nikmat sehat, bersyukur dan senang menuntut ilmu. Sebelum saya menuliskan artikel pendidikan tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara, ijinkan saya memperkenalkan diri saya. Perkenalkan, nama saya Dwi Endik Setiawan. Akrabnya dipanggil Endy. Saya adalah seorang guru IPAS di SMK N Rowokangkung Kabupaten Lumajang Jawa Timur.  

Artikel ini saya tulis agar semua pembaca khususnya pendidik mampu menerapkan pembelajaran konkret di kelasnya dengan menggunakan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, sehingga potensi diri para murid akan semakin berkembang sehingga ia menjadi manusia yang merdeka. Merdeka dalam belajar dan menentukan arah hidupnya kelak.

Apa yang saya percayai tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari Pemikiran Ki Hajar Dewantara? 

Baik, saya berbagi pengalaman baik selama menempuh pendidikan calon guru penggerak dari kelas 09.325 BBGP Jatim. Pendidikan yang saya terapkan di kelas sebelum saya mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) yaitu:

  • Saya yang menentukan, saya lebih mengedepankan bagaimana cara saya memberikan pemahaman materi kepada siswa dengan kata lain guru adalah pusat pembelajaran. Saya percaya bahwa kegiatan pembelajaran adalah milik saya, pembelajaran akan berhasil jika semua kegiatan belajarnya saya yang menentukan, tanpa memperhatikan apa keinginan anak sehingga anak cenderung pasif, tidak menikmati proses belajarnya dan cenderung tertekan.
  • Mengukur aspek kognitif, saya percaya bahwa pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu menjawab soal-soal yang saya berikan, Juga yang saya inginkan hanya anak dapat menguasai materi dengan cepat dan mudah tanpa memperhatikan aspek sikap dan psikomotorik anak,  .
  • Anak bagaikan gelas kosong, saya percaya bahwa saya berkuasa sepenuhnya, saya bebas melakukan apasaja, padahal anak membawa kodrat bakat dan potensinya masing-masing. Saya tidak memperhitungkan seberapa lama daya ingat anak terhadap suatu materi.
  • Fokus pada KKM, saya mengharuskan semua siswa untuk menguasai seluruh mata pelajaran minimal mencapai KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal tanpa memperhatikan refleksi pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran.
  • Perintah dan hukuman, saya percaya bahwa cara ini merupakan solusi terbik ketika menemui permasalahan dalam pembelajaran dan untuk mendisiplinkan siswa tanpa memikirkan penyebab terjadinya masalah, minat  anak, gaya belajar anak dan kurang dekatnya dengan anak secara emosional.

Lalu, apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari Konsep pemikiran filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara? 

Dengan mempelajari filosofis pendidikan KHD dan upaya penerapan pada pembelajaran, saya sebagai guru setidaknya berubah dan mampu memimpin, memberi contoh, membangun semangat dan mendorong siswanya agar mampu belajar secara maksimal yaitu:

  • Pembelajaran yang berpusat pada siswa, artinya dalam pembelajaran saya harus menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yaitu menempatkan kebutuhan bakat dan minat anak sebagai dasar pengambilan keputusan.
  • Menempatkan model pembelajaran yang tepat  dan metode belajar yang bervariasi sehingga dapat menggali motivasi untuk menuntun kebiasaan anak menjadi pembejar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tercermin sebuah pembelajaran yang memerdekakan anak
  •  Hal ini sesuai dalam semboyan KHD yakni berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Seorang guru adalah penggerak, didepan memberikan contoh/panutan, ditengah memberi semangat dan dibelakang mendorong untuk semangat belajar.
  • Menuntun kodrat anak, saya sebagai pendidik dan pengajar harus menuntun segala kodrat  pada anak baik kodrat alam maupun kodrat zaman agar anak dapat mencapai kebahagiaan  keselamatan yang setinggi tingginya.
  • Menebalkan karakter budaya positif yang terkadung dalam nilai-nilai sosial budaya anak yang dapat mencerminkan 6 profil pelajar pancasila yang meliputi: beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa/berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis; bergotong royong, berkebhinekaan global; dan kreatif.
  • Pendidikan Budi Pekerti, budi pekerti merupakan kodrat setiap anak, sehingga saya sebagai pendidik perlu memahami kodrat itu dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budipekerti anak dalam kegiatan pembelajaran yang dialaminya.

Kemudian, Penerapan Apa yang dapat segera saya lakukan menjadi lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?

Dari pengetahuan yang kita dapatkan, tentunya kita sebagai pendidik melakukan penerapan yaitu:

  • Merancang dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menyenangkan.
  • Memahami karakter siswa dan memahami masing-masing serta melaksanakan refleksi bersama.
  • Berusaha menjadi teladan yang baik bagi siswa, mampu memberi contoh perilaku-perilaku dan menerapkannya kepada peserta didik.
  • Melakukan pembiasaan pendidkan karakter secara konsisten dan berkelanjutan.
  • Memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi dan kreatifitasnya sesuai bakat dan minatnya.
  • Menciptakan hubungan kedekatan secara emosional dengan siswa dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa
  • Menyesuaikan  model belajar kita dengan tahap perkembangan anak, kita buat cara yang siswa menjadi subjek konkrit dalam belajar, kita merdekakan anak dengan bebas mengekspresikan hasil karyanya, kita bimbing untuk berkolaborasi, kita stimulus dengan beberapa pertanyaan agar siswa berfikir kritis, dan masih banyak hal lainnya.

Perlu diingat kembali bahwa sebagai pendidik kita tidak perlu berperan banyak terhadap proses pembelajaran, biarkan anak melakukannya sendiri, berikan sedikit bantuan jika dibutuhkan, berikan semangat, berikan pujian hasil kerjanya agar anak lebih banyak terlibat. Pola asuh menurut pemikiran KHD yakni momong, among dan ngemong bisa kita terapkan agar tercipta pembelajaran yang memerdekakan murid. Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kita semakin tertantang sebagai pendidik dan pengajar yang profesional. Salam bahagia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun