Mohon tunggu...
Dwi Eka Adhariani
Dwi Eka Adhariani Mohon Tunggu... Penulis - Universitas PTIQ

Pendidikan Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Bola

Belajar dari Suporter Sepak Bola Jepang

18 November 2024   11:40 Diperbarui: 18 November 2024   11:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Momen Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia kalah 0-4 dari Jepang di Gelora Bung Karno pada Jum'at (15/11/2024) lalu, masih menyisakan segudang penyesalan dan harapan. Ketua Umum Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI), Erick Tohir, menyatakan bertanggung jawab dan siap untuk mundur jika tidak ada lagi kepercayaan dari masyarakat dalam rangkaian proyeknya. Hitungan di atas kertas, Jepang jauh lebih unggul (Peringkat Fifa 25 dunia) dan Timnas Indonesia (Peringkat Fifa 130), jadi wajar jika Timnas kalah. Namun di balik itu, ada pembelajaran yang baik yang patut diambil oleh bangsa ini khususnya para suporter Timnas.

Setelah mendapatan sambutan kurang baik pada laga sebelumnya di Arab Saudi dan Bahrain, Suporter Jepang mendapat perlakuan istimewa dari masyarakat Indonesia. Sekitar 3.000 suporter Jepang hadir di Gelora Bung Karno dengan sukacita dan bisa berbaur dengan suporter Timnas serta bebas meneriakan yel-yel tanpa kekhawatiran adanya kerusuhan sebagaimana ditakutkan suporter Bahrain.

Usai laga, sudah menjadi kebiasaan, Suporter Jepang, melakukan aksi bersih-bersih stadion Gelora Bung Karno, memungut dan mengumpulkan sampah ke dalam plastik lalu memindahkannya pada tempat yang telah di sediakan, mirip seperti aksi suporter Jepang pada Piala Dunia Qatar tahun 2022 silam.

Kebersihan, sudah menjadi budaya bangsa Jepang. Pemandangan ini unik, karena pada saat yang sama, puluhan ribu suporter Timnas belum semua beranjak dari Stadion, sebelum ritual menyanyikan lagu "Padamu Negeri", sebagai wujud kecintaan kepada Timnas. Sebagai bangsa Indonesia yang beradap dan mempunyai budaya luhur tentu malu dengan pemandangan ini, mestinya kita sebagai tuan rumah justru harus lebih sigap dalam hal kebersihan. Karakter suporter Timnas perlu tingkatkan lagi, dalam hal kecintaan terhadap prilaku bersih di mana pun berada.

 

Budaya Bersih Sejak Usia Dini

Budaya bersih masyarakat Jepang adalah rangkaian proses pendidikan yang pajang sejak usia dini. Sejak sekolah dasar, siswa-siswi di Jepang sudah diajarkan piket yang tugasnya membersihkan ruang kelasnya. Siswa yang mendapatkan jatah piket diberikan tanggung jawab membersihkan tempat-tempat yang sesuai dengan tugasnya. Di Jepang, bukan tugas petugas bersih-bersih untuk membersihkan ruangan kelas. Nah, perilaku ini menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya bersih pada jiwa yang tumbuh hingga dewasa. Selain dari kepercayaan agama yang dianut yang melekat pada pribadi bangsa Jepang.

Tak heran, meski sedikit tempat sampah dan petugas kebersihan yang minim di area pemukiman di Jepang, lingkungnya senantiasa terlihat bersih dan tidak ada sampah berserakan. Budaya bersih menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mempunyai komitmen kuat akan lingkungannya.

Kegiatan bersih-bersih mulai ada sejak jaman Asuka (Abad ke-7), yaitu setelah berlangsung Revormasi Taka. Pada masa itu, Buddha masuk ke Jepang melalui China, dan kegiatan bersih-bersih mulai dilaksanakan di kalangan bangsawan. Ketika memasuki Nara, budaya bersih-bersih erat kaitannya dengan kegiatan agama. Pada era Heian (akhir abad 8 sampai 12), budaya bersih mulai meluas ke masyarakat awam. (Armia, Fanni 2018)

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita bisa mengikuti budaya bangsa Jepang khususnya dalam hal kebersihan. Kita bisa melihat bagaimana praktek pembelajaran pada siswa-siswi sekolah dasar, yang tentu masih jauh bila dibandingkan dengan yang ada di Jepang. Masih sedikit kita temui di satu kelas yang siswa-siswinya tertib dan sadar akan kebersihan.

Wajar jika ada anggapan dari salah seorang pemain Jepang, Zion Suzuki, yang menganggap Indonesia itu negara kumuh dan miskin (Lahat Pos, 12/11/2024). Kumuh, identik dengan daerah kotor, banyak sampah dan tidak terawat. Meski belakangan setelah tiba di Jakarta, anggapan Zion Suzuki, tidak semuanya terbukti. Jakarta, sebagai ikon Indonesia telah mengalami perubahan signifikan, menjadi kota yang modern, rapi dan lebih bersih tentunya. Bisakah, Jakarta diikuti kota-kota lain di Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun