Pengangkatan Yani sebagai panglima Angkatan Darat, telah mengurangi anggapan bahwa Angkatan Darat akan melakukan aksi langsung menentang keinginan-keinginan presiden meskipun Yani juga menentang keras kebijakan Soekarno terhadap PKI seperti halnya Nasution, tetapi gaya penampilannya berbeda dari pendahulunya. Sebagai seorang Jawa Ia cenderung memperlakukan Soekarno sebagai bapak, yang bisa saja bertindak salah akan tetapi tidak boleh ditentang secara terbuka, tambahan pula kepribadiannya yang tidak tertutup dan luas dapat membuatnya mengembangkan hubungan yang serasi dengan presiden yang segera menjadikannya bulan-bulanan seperti yang sering dilakukan Soekarno terhadap para koleganya. Lebih jauh adalah wajar bagi Yani sebagai panglima yang baru, ragu-ragu untuk mengambil prakarsa yang drastis sampai kewibawaannya benar-benar dapat ditegakkan sepenuhnya, khususnya sehubungan dengan lingkungan dan suasana ketika Nasution dipromosikan. Yani pun menyadari keterlibatannya dalam persoalan itu telah menimbulkan rasa kecewa di kalangan para pengikut Nasution, namun bagaimanapun Angkatan Darat di bawah pimpinan Yani tetap merupakan pusat kekuasaan yang mandiri yang terus memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka, apabila yakni lebih bergaya Jawa dibanding dengan Nasution. Hal itu tidak berarti bahwa ia bersikap kurang kokoh, jika Nasution sebagai orang Sumatera senantiasa berterus terang menolak kebijakan-kebijakan yang dikemukakan Soekarno yang tidak disetujuinya, maka yakni lebih mampu menerima dan menuruti kebijakan seperti itu sesuai penafsirannya sendiri. Presiden Soekarno, tentu saja mengetahui bahwa Yani telah melakukan penafsirannya sendiri tetapi kedua pihak tetap berusaha menutup-nutupi perbedaan mereka dalam semangat musyawarah dan mufakat dan tidak mengambil tindakan lebih lanjut melampaui kesediaan pihak lain untuk menerimanya.Â
Setelah berhasil menetralisasi ancaman yang dihadapinya dari kepemimpinan Nasution dalam Angkatan Darat. Soekarno, selanjutnya berusaha membatasi kemampuan Angkatan Darat untuk bergerak menghambat keinginan-keinginan politiknya dengan cara mencabut kembali undang-undang darurat perang serta membubarkan lembaga-lembaga seperti PPRTI dan PPRDA, alasan Soekarno untuk hal tersebut telah diperkuat oleh keberhasilan Angkatan Darat membasmi serentetan pemberontakan yang terjadi di Sumatera, Sulawesi, dan yang terpenting pemberontakan Darul Islam di Jawa Barat, ketika kampanye pembebasan Irian Barat diakhiri pada bulan Agustus tahun 1962. Jelaslah bahwa tidak ada lagi alasan yang kuat untuk meneruskan keadaan darurat perang meskipun para pemimpin Angkatan Darat mengingini tetap dipertahankannya kekuasaan mereka dalam masa darurat, mereka hanya berhasil menunda itu sampai kembalinya kekuasaan sipil pada tanggal 1 Mei tahun 1963, ketika Indonesia menerima penyerahan Irian Barat dari pengurusan sementara PBB, pembubaran PPRTI dan PPRDA, diikuti oleh organisasi Koti pada bulan Juli tahun 1963. Perubahan Koti merupakan tindakan balasan terhadap rancangan Nasution untuk mempertahankan fungsi-fungsi komando tertinggi pembebasan Irian Barat yang akan dialihkan ke Departemen Pertahanan dan Keamanan yang dipimpinnya, dengan menetapkan Koti sebagai komando tertinggi operasi sementara Yani tetap memangku jabatannya sebagai Kepala Staff dan Nasution kehilangan jabatan sebagai Deputi Panglima. Soekarno memperkuat fraksi Yani dan memperburuk perpecahan yang menjadi-jadi di kalangan Angkatan Darat meskipun dalam garis komando militer. Hanya dua dari empat bagian yang dikepalai oleh Perwira Angkatan Darat, Menteri Luar Negeri Subandrio ditempatkan dalam posisi pengurusan intelijen, Menteri Penerangan Ahmadi untuk tugas-tugas mobilisasi, dan Komodor Udara Sri Mulyono Herlambang mengepalai divisi operasi.Â
Dengan fungsi-fungsi yang luas dan umum, peranan Koti mengatasi peranan kabinet menteri-menteri kabinet yang utama termasuk Nasution, menjadi anggota dewan penasihat dan banyak keputusan penting pemerintah diputuskan dalam rapat-rapat koti. Setelah penyelesaian kampanye Irian Barat, Soekarno berhasil mengurangi kemampuan Angkatan Darat untuk mengambil inisiatif. Sambil mempertajam pertentangan-pertentangan antar kelompok dalam tubuh Angkatan Darat. Soekarno menciptakan situasi-situasi di mana para Perwira Angkatan Darat terjerembab ke dalam kubu-kubu kelompok mereka sendiri, di bawah kepemimpinan Yani Angkatan Darat dipersiapkan untuk melakukan kerjasama dengan Presiden, tetapi bentuk kerjasama itu bergantung kepada usaha Soekarno untuk menahan mereka agar tidak mengambil langkah-langkah yang dapat mempengaruhi keseimbangan kekuatan dengan cara-cara yang sebenarnya tidak menghubungkan pihak Angkatan Darat. Namun, sepanjang dasar-dasar kepentingan Angkatan Darat tidak diganggu gugat dan selama saingan utama mereka yakni PKI. Tidak diizinkan melakukan hal-hal yang membuat partai itu berkembang dengan pesat, Yani masih bersedia untuk tetap mendukung status quo di mana Angkatan Darat pun tetap merupakan suatu kekuatan terorganisasi yang paling kuat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H