Pengaruh hereditas (keturunan) dan lingkungan dalam perkembangan individu, termasuk pendekatan yang menjelaskan dinamika interaksi keduanya. Terdapat teori-teori utama, yakni Teori Empirisme, Teori Nativisme, dan Teori Konvergensi yang masing-masing memberikan perspektif berbeda mengenai bagaimana faktor hereditas dan lingkungan berkontribusi terhadap perkembangan manusia.
- Teori Empirisme, berpendapat bahwa perkembangan berfokus pada peran lingkungan 100%, dan manusia adalah "tabula rasa" atau lembaran kosong yang dibentuk oleh pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
- Teori Nativisme, berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor bawaan atau genetik 100% yang sudah ada sejak lahir.
- Teori Konvergensi, merupakan perpaduan antara nativisme dan empirisme. Perkembangan manusia tidak harus 100% dari genetik atupun lingkungan, tetapu perpaduan 50% genetik dan 50% lingkungan atau 70% genetik dan 30% lingkungan. Teori ini mengakui bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan secara bersama-sama.
Pengaruh Teori Empirisme dalam Perkembangan Individu
Teori Empirisme pertama kali dikembangkan oleh Francis Bacon dan lebih lanjut oleh John Locke, menyatakan bahwa lingkungan dan pendidikan memainkan peran utama dalam perkembangan anak. Anak dianggap sebagai "tabula rasa" yang sepenuhnya dibentuk oleh lingkungan, bukan oleh faktor bawaan. Dalam teori ini, pengalaman indrawi dan interaksi sosial adalah sumber utama pengetahuan. Empirisme memiliki beberapa asumsi utama, termasuk pentingnya peran guru, orang tua, dan lingkungan dalam membentuk anak. Namun, teori ini juga memiliki kelemahan karena mengabaikan bakat atau potensi dasar individu yang mungkin mendukung perkembangan tertentu.
Pengaruh Teori Nativisme dalam Perkembangan Individu
Teori Nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer dan didukung oleh J.J. Rousseau, berpendapat bahwa setiap individu sudah memiliki pembawaan sejak lahir. Menurut Nativisme, potensi bawaan atau hereditas lebih berperan penting daripada lingkungan, bahkan pendidikan. Anak yang dilahirkan dengan pembawaan baik akan berkembang menjadi baik, sedangkan anak dengan pembawaan buruk cenderung berkembang secara negatif, terlepas dari usaha lingkungan untuk mendidiknya. Pembawaan ini meliputi faktor genetik, kemampuan bawaan, dan pertumbuhan yang berkembang secara alami.
Teori Konvergensi sebagai Perpaduan Hereditas dan Lingkungan
Teori Konvergensi yang digagas oleh William Stern, mengintegrasikan pengaruh faktor hereditas dan lingkungan. Menurut teori ini, perkembangan seseorang bergantung pada perpaduan kedua faktor tersebut. Pembawaan dan lingkungan saling melengkapi, misalnya, seorang anak yang memiliki bakat bawaan tertentu akan mampu berkembang secara optimal jika lingkungan mendukung. Ki Hajar Dewantara juga mendukung teori ini dengan membagi perkembangan individu dalam beberapa fase, seperti jaman wiraga (perkembangan fisik), wicipta (perkembangan pikiran), dan wirama (penyesuaian sosial).
Pengaruh Faktor Hereditas dan LingkunganÂ
Faktor hereditas dan lingkungan memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap aspek perkembangan individu:
- Aspek Fisik
Hereditas menentukan ciri fisik seperti tinggi badan dan warna kulit, sedangkan lingkungan (nutrisi dan aktivitas fisik) memengaruhi kesehatan dan perkembangan fisik secara keseluruhan.
- Aspek Kognitif
Hereditas berperan dalam kecerdasan dan bakat bawaan, sementara pendidikan dan stimulasi lingkungan mendukung kemampuan intelektual.
- Aspek Emosional