Entah apa maksud dari majalah Tempo memuat gambar yang tidak pantas ini di cover edisi terbarunya. Gambar kaleng makanan yang berisi daging babi dengan label cap halal dari MUI. Entah ini bermaksud untuk memberikan informasi / berita perihal skandal di MUI (yang belum tentu benar), atau ada upaya lain utk menjatuhkan kredibiltas MUI dalam setiap fatwanya.
Ada apa gerangan? Setelah Ormas Islam & Partai Islam, kini giliran MUI sebagai salah satu Lembaga Islam di Indonesia yang dijatuhkan, direndahkan bahkan 'dibunuh' karakternya melalui media dengan berita-berita fitnah yang belum tentu benar.
Apa yang terjadi ketika kepercayaan masyarakat Indonesia kepada MUI perihal produk-produk halal sudah tidak ada lagi. Lalu kemana lagi kita mencari referensi produk-produk halal di Indonesia? Sementara MUI adalah satu-satunya lembaga Islam di Indonesia yang memiliki otoritas dalam menerbitkan sertifikat halal setiap produk makanan, obat-obatan, kosmetik, dll.
Dan apa yang terjadi ketika kepercayaan masyarakat terhadap seluruh lembaga-lembaga Islam (ormas, partai, lembaga, dll) di indonesia sudah tidak ada lagi. Pemahaman masyarakat indonesia akan didominasi pemahaman-pemahaman sekularisme pluralisme dan liberalisme (SEPILIS).
Apabila hal ini tejadi, maka tidak akan ada lagi hukum HALAL dan HARAM di negeri tercinta ini. Yang ada hanya MUBAH alias BOLEH. Segala sesuatunya akan menjadi BOLEH. Yang haram menjadi halal, dan yang halal akan semakin samar dan tidak jelas.
Seperti misalnya pemahaman tentang sebuah pernikahan (yang halal), bukan menjadi hal yang penting jika hubungan lelaki dan perempuan didasari dengan perasaan saling mencintai. Dengan kata lain, hubungan lelaki dengan perempuan di luar pernikahan bukan lagi hal yang haram karena perasaan suka sama suka. Masih banyak contoh pemahaman SEPILIS yang lainnya. Na'udzubillah.
Terkait pemberitaan majalah Tempo tentang MUI ini, sebagai umat Islam sebaiknya kita berprasangka baik. Apapun masalah yang terkait dengan hukum di Indonesia sebaiknya kita serahkan kepada pihak yang berwenang. Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H