Mohon tunggu...
Dodo Prabumulih
Dodo Prabumulih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just another me..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ibadah Sholatnya Calon Presiden

31 Mei 2014   04:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Khutbah jumat siang tadi (30/5), sang khatib masih menjelaskan tentang hikmah dari Isra' dan Mi'raj dan menjelaskan bagaimana pentingnya ibadah shalat. Khatib menjelaskan bahwa, saking pentingnya ibadah shalat, Allah SWT langsung mengundang Rasulullah SAW menuju 'Arsy Allah, kemudian disiapkannaya kendaraan khusus agar Rasulullah bisa menuju ke 'Arsy Allah dalam waktu yang sangat singkat untuk menerima perintah shalat 5 waktu.

Dan sang khatib pun tidak lupa menjelaskan bahwa ibadah yang paling pertama di hisab di akhirat kelak adalah ibadah shalat. Setiap shalat kita akan dihisab, apakah sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang Allah SWT dan Rasulnya tetapkan melalui Qur'an dan Hadist, apa belum. Tentu, syarat sah suatu ibadah itu bergantung pada 2 hal, yakni niat ibadah ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan rukun-rukun yang di sunnah kan oleh Rasulullah SAW.

Mendengar penjelasan khatib tentang shalat tadi, saya langsung teringat dengan satu hal, yakni ramainya pemberitaan tentang ibadah shalat seorang capres. Kekhawatairan saya muncul apakah shalat yang dilakukan capres tersebut benar-benar ikhlas karena Allah, atau hanya sekedar memanfaatkan peluang kampanye saja. Jangan sampai hanya digunakan sebagai alat transaksi terhadap masyarakat agar capres itu dipilih karena terlihat sebagai ahli ibadah. Alias, jual agama hanya untuk kepentingan kekuasaan.

Bagi saya pribadi, yang terpenting adalah bagaimana komitmen ia terhadap Islam, bukan bagaimana ia terlihat sebagai ahli ibadah. Misalnya, bagaimana ia menyikapi kegiatan dakwah, bagaimana ia menyikapi aspirasi umat Islam Indonesia yang mayoritas, bagaimana ia menyikapi tentang keberadaan Syiah, Ahmadiyah dan aliran-aliran sesat lainnya, bagaimana ia menyikapi tentang praktik haram LGBT (Lesbian Gay Bisexual dan Transgender), dll. Tentunya yang mengedepankan aspek toleransi beragama, sesuai mandat Pancasila dan UUD 1945.

Siapapun calon presidennya, saya berharap semoga saja menjadi orang yang memiliki komitmen terhadap Islam, dan benar-benar menjadi sebagai seorang yang ahli ibadah, bukan hanya sekedar menjual agama hanya untuk kepentingan kekuasaan saja.

DW

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun